Sabtu, 25 Juni 2011

[Sinopsis] The City Hall -- episode 12 part 2/2

“itulah maksudku! Aku ingin tahu akibat apa yang akan terjadi jika aku membatalkannya? Tapi kalian tak membiarkanku untuk merapatkannya. … Tinggal sendiran di kantorku membuatku bosan, jadi aku akan pulang sekarang… sampai ketemu hari senin nanti.”.
Sekertaris Park mencoba menghalangi. Tapi Mi rae tetap pergi, Mi Rae dengan senyum kemenangan meninggalkan ruang wakil walikota meninggalkan keributan diantara mereka.


Soo In menemui BB dan melaporkan perkembangan Inju terkini termasuk pelantikan Mi rae dan Jo Gook yang sedang bertemu dengan gubernur. Soo In kaget, karena tanpa ia harus melaporpun BB sudah tahu semua, jadi ia heran mengapa BB mesti menyuruhnya datang. Ternyata BB menyuruh Soo In datang untuk membuat kesal Jo Gook. Soo In akhirnya menyadari sesuatu, ia hanya di peralat oleh BB. (memang Jo gook terlihat kesal bahkan ngomel2 saat tahu soo In memilih menemui BB daripada menemaninya menemui gubernur).
Gubernur bertemu Jo Gook untuk menyatakan dukungannya pada Jo Gook untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari partai Pembaruan. Gubernur juga minta Jo Gook membuat Mi Rae masuk partai pembaruan untuk mendukungnya. Sayangnya jo Gook menolak,
 
“Partai pembaruan butuh darah baru dariku. sayangnya aku justru tak mau partai pembaruan menghisap darahku”. Ia juga menolak memasukkan Mi Rae ke partai, bahkan ia tawaran menjadi kandidat partai. Ia memilih menjadi wakil independent, sama seperti Mi Rae.

Gubernur marah, “kau pikir menjadi nominasi partai itu hal yang pasaran seperti membeli telur?”
“kalau memang berharga, kenapa bukan anda sendiri yang memanfaatkannya?”
“apa kau selalu sekaku ini? Cepat terima saja selagi masih ada kesempatan!”
Jo Gook tak bergeming, ia tetap pada pendiriannya, ia bahkan menantang gubernur untuk sama-sama bersaing di pemilu parlemen.

Persiapan Jo Gook tak main-main. Ia dengan manis masuk kedalam perkumpulan orang-orang berpotensi menjadi pendukungnya untuk menarik simpati. Ia bahkan mulai mencontek kalimat kampanye Mi Rae, “Apa yang kuharap untuk kuberikan kepada kalian, dan apa yang kuharap dapat kuterima dari kalian?........... hanya satu hal: hati.”
”hati??” Serentak mereka merespon ucapan Jo Gook
”Apa kalian tahu jenis orang yang paling ku benci? Orang-orang yang mengatakan bahwa ‘politik membutuhkan kekuatan, uang dan otak’!” Helloooo, Jo Gook nyontek abis2an….ckckckck.

“dan apa yang dapat dilakukan politisi dengan hatinya?...Apa yang bisa dicapai dan mukjizat apa yang bisa dibuat oleh hati yang tulus?? Apakah kalian ingin berdiri bersamaku untuk mencari tahu? Bukankah kalian ingin menjadi darah barunya kota Inju? Jadilah orang-orangku untuk berjalan bersama di jalan yang menarik ini!!” Ucapan Jo Gook yang meluap-luap mendapat applaus. Acarapun dilanjutkan dengan main volleyball bareng.
Setelah membasuh mukanya, Jo Gook dikejutkan kedatangan soo In. “kenapa kau kembali? Kenapa kau tak tinggal di sana saja?” Tanya Jo Gook acuh.
“perlu aku ceritakan pembicaraan kami?”
“apa kau akan membelot melaporkan soal BB padaku?... kenapa? Apa karena kini menurutmu aku lebih baik?... apa kau melapor pada Go Hae juga?”
Soo In menolak tuduhan soal Go Hae, ia bersumpah tak pernah melakukannya (karena Go Hae sebenernya punya mata-mata sendiri).
Soo In meyakinkan Jo Gook menjadi penghianat juga bukan hal yang mudah, “kau anggap apa aku ini?”
“Apa lagi? tentu saja aku menganggapmu pengikut” hehe, Jo Gook luluh juga, ia mengibaskan handuknya dan pergi. Sebagai tanda kesetiaannya, walau Jo Gook membelakanginya, Soo In melaporkan pergerakan politik BB.
Mi Rae ternyata tak pulang, setelah menjatuhkan bom ia ke perpust untuk mengumpulkan data dan mencatat informasi yang bisa di ambilnya di sana. He Ra yang mengembalikan berkas ke perpus terkejut melihat Mi Rae. Mi rae minta He Ra tak mengatakan pada siapapun kalau He Ra bertemu dengannya di sana.
“kenapa? Apa kita sedemikian dekat hingga bisa berbagi rahasia?” He Ra emoh, ia menyibukkan diri dengan berkas yang di bawanya.
He Ra yang sudah di teras balaikota hendak pulang mengurungkan niatnya, ia kembali ke perpust menemui Mi Rae. Ia yang tahu Mi Rae selalu pulang tepat waktu heran Mi Rae belum juga pulang, ia ingin tahu apa yang di kerjakan Mi Rae.
”ah, apa sudah waktunya pulang? Aahhhhaaa….eh, tapi apa yang kau lakukan disini? Apa kau memberitahu yang lain aku ada di sini?”
“kau sudah kerja disini lebih dari 7 tahun, harusnya kau berkata,’bisakah kau menyimpan rahasia untukku?’ atau lebih baik lagi ‘Jaga rahasia ini untukku!’ Walikota harusnya memerintah seperti itu!.. hanya dengan cara itu aku mau menurut”
“aku akan memikirkannya lain kali”
haha, He Ra nih aneh, maunya di galakin atasan ceritanya, wkwkwk, hei tapi ia lalu menanyakan apa yang di perlukan Mi Rae, ia akan membantu Mi Rae diam-diam, jadi sekarang Mi Rae bisa pulang.
”benarkah? Thank You… thank You.. sebenarnya aku berencana menunggu semua orang pulang dan diam-diam masuk ke ruangan wakil walikota untuk mengintip (informasi).
Se Ra menjawab Mi Rae tak perlu berterimakasih, setidaknya cara ini yang dia pakai untuk membayar perlakuannya yang membuang isi Box Mi Rae (saat Mi Rae diusir dari balaikota) tempo hari.
Selain mulai mencari massa (dan mencuri kata-kata kampanye Mi Rae), Jo Gook juga perlu tim kampanye, ia berusaha membujuk teman-teman Mi Rae untuk bersedia menjadi tim kampanyenya. Uang tak cukup untuk membujuk mereka, Jo Gook berusaha memuji mereka sekaligus memujidirinya sendiri, haha, dengan cara yang lebay (walau tak selebay Dokko Jin).

Yang membuat teman-teman Mi Rae tertarik hanya satu hal, apa hubungannya dengan Mi Rae, akan kah Jo Gook menjadi saudara ipar mereka? Awalnya Jo Gook mengelak, tapi saat sadar itu satu-satunya cara untuk mendapat perhatian, ia mulai membual soalnya dan Mi Rae. Hm, bisa jadi bukan bualan sih….
“Tiba-tiba aku ingat ketika pertama kali bertemu dengannya, walau ku coba melupakan, aku tak bisa….begitu dalam terukir di benakku… dia mengatakan padaku satu kalimat, ‘aku bisa memberimu isi ulang’ …. Aroma dari gerai rambutnya...” Jo Gook menarik nafas dalam-dalam,”wanita ini merecharge energiku dalam sekejap… apa ini yang dinamakan cinta?”
Teman-teman Mi Rae termakan, mereka bersorak kegirangan. “apa menurutmu Mi Rae itu cantik?”

“tidak” jawab Jo Gook cepat, melihat teman2 Mi rae melihatnya heran, Jo Gook melanjutkan perkatannya, “Dia adalah tipe wanita yang bisa membuat seseorang merasa tak berdaya, tipe wanita yang perut bulat kecilnya adalah sisa setelah diet nya…. Apa ini? gadis aneh dan aku telah jatuh ke sungai cinta… ouououou” kayak tarzan, haha.
“jika kau menggambarkan Mi Rae dalam satu kata, apa itu?”
”lets see… aku akan bilang Mi rae seperti boneka… hahahah”.
Tiba-tiba terdengar suara Mi rae, boneka apa? Shrek? King Kong? Alien?
”Ahh, tentu saja King Kong ... Hahh??!” Jo Gook hampir terjungkal dari kursi melihat Mi Rae, wkwkwk.
”sejak kapan kau datang?” Tanya Jo Gook yang masih belum bangkit dari kekagetannya
“mulai dari ‘begitu dalam terukir dalam benak’?” wkwkwk Jo Gook malu, ketahuan membual.
Mi Rae memanfaatkan situasi, ia ikut dalam permainan Jo Gook, menarik kursi disampingnya, “saat kau memelukku erat dilorong, apa yang kau rasakan?”
“emmm, aku ‘ingin cepat-cepat’ dekat denganmu…… aku harus segera pergi” Jo Gook berusaha kabur akan bangun dari kursinya tapi di tahan Mi rae.
“aku ‘ingin cepat-cepat’ juga… kebetulan kita membicarakannya, bolehkah aku minta sesuatu?”

“se…sesuatu?” melihat Mi rae mengangguk di iringi tatapan ingin tahu yang lain, Jo Gook terpaksa menjawab “apapun, wahahaha”
Ternyata Mi Rae minta tas tangan, haha, dengan cara sok imut. Jo Gook tak menjawab, ia memilih menenggak habis minumannya. Mendengar Mi rae terus merengek, Jo gook minta Mi Rae berhenti dan mengajaknya keluar.
 
Mi rae menolak, ia mengaku lapar dan ingin makan ayam, terpaksa Jo Gook mengambilkan dan menyuapkannya ke mulut mi Rae. Jo Gook berusaha mengajak Mi rae keluar, tapi Mi rae lagi-lagi menolak dengan alasan udara di luar akan membuatnya batuk.

Terpaksa Jo Gook bertingkah seperti Mi rae dan memintanya keluar (lagi) dengan alasan perutnya tak enak, kali ini Mi Rae tak menolak. Teman-teman Mi rae sepakat mengatai mereka GILA! Wkwkwk.
Mi rae sempat ketakutan saat jo Gook menghalangi jalannya. Tapi ia kemudian tertawa mengingat Jo Gook kini mengerti apa yang dulu pernah dirasakannya, berbohong demi sesuatu. Jo Gook nyerah, ia mengaku bohong agar teman-teman Mi rae mau membantu kampanyenya.
“kampanye?”
“sepertinya aku pernah bilang kalau aku ingin mendaki sangat tinggi… aku sedang mempersiapkan pemilu anggota kongres”
Mi Rae mengangguk, ia menawarkan bantuan untuk berbicara pada teman-temannya, mereka pasti mendengarkannya.
“terserah”
Tapi Mi rae tahu Jo Gook mengharapkan bantuannya, “tapi tak ada makan siang yang gratis!”
“kau coba minta tas tangan lagi” Nada suara Jo Gooksedikit mengancam… pelit ih, hihi
“bukan itu, bisakah kau membantuku beberapa hari pelajaran, seperti training politik?” Mi rae mengaku membutuhkannya karena orang2 meremehkannya, tak ada yang datang kekantornya dan memilih berkumpul di kantor wakil walikota padahal ia meminta mereka datang. Ia ingin bergabung tapi mereka juga melarangnya.
“kau kan punya kepala Lee yang hebat, kenapa memintaku?”

“kadang makin dekat, makin membuatmu merasa malu… aku tak mau kepala Lee melihat sisi terburukku dan hilang kepercayaan kepadaku”

Jo Gook kesal, kenapa sama dia Mi rae tak merasa hal yang sama (cemburu niih?), ”apa bedanya aku dan kepala Lee? Seberapa dekat hubungan kita?”
“aku tak bermaksud seperti itu… aku…..” Mi rae tak melanjutkan kata-katanya karena seseorang memanggilnya.
Jo Gook langsung curinghak denger Mi Rae manggil Oppa sama cowok temennya Mi Rae, apalagi mereka kelihatan akrab, haha.
 
Saat Oppa tadi ingin mencari tempat yang enak untuk ngobrol lebih lanjut, Jo Gook buru-buru menunjuk teras mexicana, haha, ia sadar kalau ke tempat lain ia tak punya alasan ikut ngobrol.

Mi rae ingin mengusir Jo Gook, tapi Jo Gook pura-pura tak mengerti, ia bahkan sengaja duduk di antara keduanya. Jo Gook mulai jengah saat keduanya saling memuji, ia ikut-ikutan ngobrol. Saat Mi Rae mengaku malu soal topic surat yang pernah di tulisnya, Jo Gook langsung nyamber, “memangnya kau masih punya malu?” Ia bahkan menyebutkan soal apa si Oppa pernah melihat Mi Rae berpakaian renang. Mi Rae kesal, ia minta si oppa tak memperdulikan Jo Gook. Oppanya juga bingung, siapa sih tu orang?
“dia adalah…” Mi Rae tak bisa melanjutkan kata2nya, karena Jo Gook langsung nyamber
“oppa, oppa tetangga…kau juga oppa tetangga, kita sama” Jo Gook berusaha menunjukkan dia juga orang penting.
Oppa memperkenalkan dirinya sebagai Dr. Tak.
“apa namamu dokter?” Jo Gook kesal karena kesannya si oppa ini pamer, dan ia tak boleh kalah pamer juga, “aku sangat sibuk dalam persiapan kampanye kongres. Setelah terpilih nanti maka akau adalah anggota kongres majelis nasional” Jo Gook tertawa, ia merasa menang dengan jabatan yang akan di embannya.
Tawanya Jo Gook berhenti saat si oppa mengatakan, “jadi kau sekarang pengangguran?”
Sadar tak mampu menjawab, ia menanyakan tinggi badan, yang dijawab hanya sedikit pendek dari Jo Gook. (wkwkwk, CSW mainannya fisik nih).
Oppa hilang sabar, ia menanyakan kenapa Jo Gook tak juga pergi malah mengganggu mereka. Jo Gook langsung bangun, tapi bukan berarti ngalah, ia punya cara bawa mi rae juga, “kau mau bagaimana….. aku duluan ke Hotel dan menunggumu? Bukankah kau ingin pelajaran?”
“hotel?” Tanya Oppa heran.
“Oppa, bukan itu…” Mi Rae berusaha menjelaskan, tapi lagi-lagi Jo Gook menambah keruh suasana, ia menceritakan soal rumor dirinya dan Mi rae yang sering keluar masuk hotel. Ia juga memberitahu soal Mi rae yang ngabisin banyak duit hanya untuk membeli tas, ia minta dokter itu yang membelikannya”.

Mi rae bangun untuk membuat Jo Gook berhenti membual, tapi ia malah di peluk jo Gook. Mi rae berusaha memberi pengertian pada oppanya kalau Jo Gook sakit parah dan kemungkinan melewatkan jam minum obat, haha, dan berhasil mengajaknya pergi.
Mi Rae berkali-kali menoleh dengan kesal kea rah Jo Gook, Jo Gook mengacaukan pertemuannya dengan cowok pertama yang ia suka dari kecil. “mengapa kau mengacaukannya?”
“apa bagusnya oppa itu?” Jo Gook balik nanya
“Ia tampan dan pintar”
“Standarmu rendah, apa menurutmu aku tidak tampan? Aku tak pintar?” Jo Gook kesal, karena Mi Rae tak menganggapnya tampan.
“maaf aku tak pernah tau kalau narsism itu menular” wkwkwk, menular dari Mi Rae maksudnya.
Ternyata Jo Gook membawa Mi rae ke sebuah bukit. Mi rae mengeluhkan kakinya yang tak mungkin naik dengan sepatu ber-haknya.
 
Tapi Jo Gook ternyata mengulurkan tangan untuk membantunya. Mereka sampai di puncak bukit dimana mereka bisa melihat seluruh pemandangan kota Inju. Mi rae mulai menceritakan apa yang ia lihat.

“itu rumahku… disana, rumah seseorang yang aku suka…”
Jo Gook tersentak, tapi ia pura-pura tak tahu, “disana rumahnya kepala Lee?”
Mi Rae memandang Jo Gook dengan pandangan TST kalau Jo Gook pura-pura, ia mulai menceritakan keindahan kota Inju di malam hari. “apa kau tahu kenapa gelap kalau malam? Karena kau harus mematikan jalan desa agar padi bisa tumbuh..”. Mi Rae terus menunjukan disini anunya si itu (??) . Jo Gook tertawa, menurutnya itu bagus, tapi itu bukan pandangan seorang walikota.

Jo Gook menarik Mi Rae, dan menempatkannya di depannya, ia minta Mi Rae menggambarkan apa yang ia ingin sediakan/bangun untuk kotanya. Dan Imajinasi Mi Raepun melanglangbuana… seolah tergambar apa mimpinya,… sebuah RS agar warganya tak perlu jauh ke kota tetangga, sebuah universitas kejuruan dengan perpustakaan yang selalu terang agar anak-anak pintar tak harus pergi jauh untuk bersekolah, sebuah pabrik batu bara agar kotanya tetap hangat di musim dingin, dan pusat penitipan anak yang dirancang seperti Disneyland.Bangunan-bangunan yang dibayangkan Mi Rae berpendar, Mi Rae tersenyum membayangkan mimpinya, sementara Jo Gook terharu, Mi rae mempuanyai mimpi yang tulus untuk kotanya.

Tapi Jo Gook tak sekedar melihat mimpi, ia juga melihat seorang wanita yang telah menyentuh hatinya, perlahan tangannya mulai melingkari tubuh Mi Rae.
Mi rae menyentuh tangan yang telah memeluknya… apakah ini pernyataan bahwa Jo Gook juga membalas cinta Mi Rae? We’ll see….
Esoknya, Mi Rae mendatangi toko bubur yang di sambut antusias. Pemilik toko menyarankan Mi rae untuk mencari jodoh selagi ia jadi walikota. Sebenarnya maksud utama Mi Rae adalah untuk mengajak Boo mi kembali bekerja di city hall.
Mi Rae lalu janjian dengan kepala Lee yang malah membawanya ke salon. Mi Rae juga mengajukan tawaran pada kepala Lee untuk menjadi kepala sekertarisnya. Sayangnya rencana nyalon gatot, wkwkwk.
Esoknya Semangat Mi Rae menguap saat tak menemukan teman2nya. Putus asa tak bisa menghubungi keduanya, Mi Rae terharu saat Kepala lee muncul. Ia bahkan mulai menangis. Di tambah datangnya Boo Mi, makin meledaklah tangisnya. Mi Rae memeluk keduanya, di tengah keheranan mereka.
Boo Mi mendandani Mi Rae…. Ia siap untuk kerja… agenda pertama adalah membereskan bom yang akhir pekan lalu ia lempar, ia memanggil para kepala biro.

Ternyata para kepala Biro punya bom balasan untuk Mi Rae, serempak mereka mengeluarkan amplop bertuliskan ‘Surat pengunduran diri’.
 

^^Have a Nice Day fams ^^

4 komentar:

Unknown mengatakan...

semoga cepet ada lanjutannya ai,aku setia menanti...^^

trims

ai mengatakan...

iya, udah kubuat dari 3 hari yang lalu dan kujadwalin besok... di tunggu aja yaaaa ^^

dewi_cendrillon mengatakan...

hwaiting unnie....

ai mengatakan...

makasih Dewi^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...