Selasa, 07 Desember 2010

Almost Love (Part 2)



ckckck......lama bener part duanya di publish, kekekekeke..... special for Olief 
Flash Back masa kecil................... Dal Rae menangis dikelas, ia mendengar suara burung dari bangku Ji Hwan. Kepala Ji Hwan tersembunyi di balik buku, lalu tiba-tiba muncul wajah cemong penuh coretan. Dal Rae mulai tertawa menghapus sisa air matanya.
Sepulang sekolah mereka ke bukit kecil untuk mengubur Pupee (tupay) peliharaannya yang mati.
"kau bisa menangis sekeras-kerasnya disini. Tempat ini hanya aku yang tahu" hibur Ji Hwan kecil setelah mereka selesai menguburkan Pupee. "tidak, kita berdua yang tahu" ralat Ji Hwan. Dal Rae lalu menangis dengan sekeras-kerasnya.
Sesudah hilang tangisnya, Ji Hwan menunjuk matahari dibalik rerimbunan pohon "kalau kau melihat sinar matahari dari celah-celah pohon itu, ucapkan permohonan, akan terkabul" (aya-aya wae anak kecil ini). Ji Hwan meneriakkan permohonannya lebih dulu "Ijinkan aku menjadi dewasa, dan biarkan aku menjadi Jackie Chan!!"
"ku ingin Pupee bahagia, biarkan ia mendapatkan teman juga... tiada kesedihan, hari demi hari" teriak Dal Rae.
Selesai mengucapkan keinginan masing-masing, mereka tersenyum senang dan kembali ke kuburan Pupee. Dal Rae tersenyum lebih lebar, karena apa yang dimintanya langsung terjadi, ada beberapa ekor tupay bermain-main disekitar kuburan pupee. "benarkan apa kataku?" kata Ji Hwan bangga.
Ji Hwan lalu membongkar tempat persembunyian "hartanya" dan menggantungkannya satu persatu, terlihat berkilauan terkena sinar matahari dan berdenting beraneka suara karena tiupan angin.......................Flashback selesai.
"benarkah ada tempat seperti itu di bukit belakang rumah kita?" tanya ayah Ji Hwan (ternyata flashback tadi itu diceritakan oleh Ji hwan kepada ayahnya) "bisa kau beritahu dimana tempatnya?" tanyanya lagi.
Ji Hwan menjawab tidak bisa kesana lagi, karena ia sendiri sudah lupa dimana tepatnya. Ia dan Dal rae pernah seharian mencoba mencari kembali tempat itu tapi tetap tidak mereka temukan.

Di kampusnya Ji Hwan berlatih keras, ia sedang berjalan dengan tangannya ketika sepasang kaki menghalangi jalannya.
"sudah lama tidak bertemu" ternyata itu kaki Dal Rae. "berat badanmu sudah turun?" tanyanya lagi.
Ji Hwan berbalik untuk berdiri, ia tersenyum menggoda Dal rae "kakimu berbulu"
Dal Rae langsung kesal "kulihat kamu belum berubah".
Ji Hwan mengalihkan pembicaraannya, ia menebak Dal Rae kehilangan ponselnya karena setiap ia menelpon tidak pernah ada jawaban. Dal rae mengelak ia tidak ingin mengganggu Ji Hwan dan menyuruhnya agar berbaik-baik pada Ji Min. Dal rae juga menanyakan perkembangan hubungan mereka (heuheuheu, apa ini berarti Dal rae beneran cemburu?). 
 
"ya, sempurna. mau lihat?" tanya Ji Hwan, ia mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan foto saat ia sedang dicium oleh Ji Min.
"ya Tuhan, sangat mengerikan" komentar Dal Rae "tak kuduga Ji Min seperti itu, Jalang, padahal kan kalian baru saja kenalan"
"jangan bertingkah naif" kata Ji Hwan lalu pamit pergi.
Dal Rae menghalangi dan bertanya apa maksud dari perkataan jangan naif yang ditujukan padanya. Ia terus meminta agar Ji hwan mengatakan langsung saja jangan memakai kiasan.

Awalnya Ji Hwan mengelak tapi ia lalu menyerah dan mulai mengatakan rahasia Dal rae yang ia ketahui: Diam-diam menyobek foto Brad Pitt dari majalah di toko buku, kemudian tertidur di meja sampai ilernya membuat lembar majalah yang berisi foto tadi menempel di ujung bibirnya.
 
(bwahahaha, Dal rae ini bener2 deh)
Dan akhirnya, mereka mulai bertengkar......Dal Rae membalas Ji Hwan, ia bercerita saat ia masuk rumah sakit karena flu, Ji Hwan menangkupkan lengan padanya "kamu menyentuhnya atau tidak?"
Ji Hwan kaget, "oh begitu, jadi kamu tidak tidur? menutupimu saat terjatuh dengan selimut, apa aku terlihat seperti bajingan? lagipula tidak ada apapun disana, kau jangan melebih-lebihkan"
"Aku kan pura-pura tidur agar kau tidak merasa malu" Dal Rae membela diri.
Tanpa mereka berdua sadari, pertengkaran mereka mulai menarik perhatian orang-orang di dalam ruangan (liat pak Dosennya malah senyum2), dan mereka tetap saja bertengkar saling membalas menyebutkan satu persatu kejelekan lawan.
Dan puncaknya dalam emosi tingkat tinggi mereka sepakat untuk saling menghapus nomor ponsel mereka. "Penonton" semakin banyak.
"baiklah, 011-9781-0844, di hapus!" seru Ji Hwan saling menyorongkan HPnya untuk membuktikan nomor Dal rae sudah di hapus (jiahaha, lha wong nomore apal gitu kok mas...)

Di Tempat latihannya, Ji Hwan bersemangat berlatih. Setelah selesai, ia mendekati pelatih. Ia protes karena harus menjadi stuntman bagi peran seorang wanita.
 
 
Tapi ia tidak berkutik saat ditunjukkan hanya dia yang bisa memerankannya (baca = lebih cocok karena badannya lebih pendek dan tidak terlalu kekar).

Sementara itu, Dal Rae sedang duduk menunggu audisi, ia terlihat gelisah, agar lebih tenang ia mengunyah permen dari kantongnya.  Tapi saat tiba gilirannya, Dal Rae bahkan tidak mampu melihat wajah para juri.
"pertama kali audisi?" tanya seorang Juri yang juga sutradara
"tidak, sepertinya sudah 30" jawab Dal rae mengingat-ingat
"dan kamu masih bergetar seperti ini? jika seperti itu di layar, penonton akan langsung pergi" Sutradaea menolak Dal Rae
Dal rae memohon agar ia diberi kesempatan, ia yakin ia bisa. Tapi sang sutradara tetap menolaknya.

Ji Hwan sedang menjalani syuting, kali ini ia ingin menjadi stuntman sungguhan (adegan yang benar2 berbahaya). Ia mencoba membujuk pelatih stunt-nya agar ia saja yang melakukan adegan mengendarai mobil yang akan melompati tumpukan barang. Dengan bujukan segala cara, sang pelatih tidak bergeming. Tapi kemudian datang seseorang yang ikut membujuk agar Ji Hwan saja yang melakukan.

Akhirnya sang pelatih setuju. Ji Hwan kini telah siap di belakang kemudi.
"Lee Ji Hwan, kau sudah siap?" teriak sutradara lewat Toa
"oke, aku siap!!" Ji Hwan menyalakan mesinnya, lalu mulai memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, menabrak tumpukan box diatas sebuah truk, lalu mendaratkan mobilnya dalam keadaan terguling.
"Cut!! OK!!" teriak sutradara.
Seluruh kru berlari untuk mengeluarkan Ji Hwan dari dalam mobilnya, Ji Hwan terlihat lunglay sehingga sang pelatih stubt dengan cemas bertanya "kau baik2 saja?"
Ji Hwan menatap pelatih stunt-nya, kemudian bersorak "mengagumkan!!" dan melampiaskan kegembiraannya dengan memeluk sang pelatih di sambut tepuk tangan yang lain.

Sepulang dari tempat syuting, duduk di kursi paling belakang, Ji Hwan menyentuh kaca bus. Ia terkejut saat di dengarnya suara Dal rae, benar saja Dal rae berdiri didepan meminta perhatian semuanya dan meminta agar para penumpang bus mau mendengarkannya. Ji Hwan berusaha menutupi wajahnya.
 
"aku adalah seorang pelajar yang mencoba menjadi seorang aktris. Selama hidupku, tidak pernah terpikir cita-cita yang lain" Dal rae memberanikan diri untuk mencoba berakting di depan orang banyak. Seorang penumpang pria yang duduk di samping Ji Hwan, tidak senang dan mencoba mengganggunya.
Dal rae tidak memperdulikannya dan tetap mencoba mengucapkan sebuah dialog panjang. Saat pria tadi akan mengganggu lagi dan mulai mengucapkan sesuatu, Ji Hwan berbisik dengan tatapan tajam kepada pria tadi "kau diam saja, OK!".
Melihat si pria malah mulai akan tertawa, Ji Hwan membekap mulutnya "diam atau aku akan membunuhmu". Si pria berontak dan hendak melawan, tapi Ji Hwan langsung memegang..... ("anu", gak tega ngomongnya, wkwkwk), "keluar satu suara lagi, maka akan kuhancurkan bolamu" ancam Ji Hwan membuat pria tadi langsung tak berkutik. Sementara itu, Dal Rae terus berakting dialog sampai ia benar-benar menangis sesuai dialognya (waaaah, berhasil juga Dal Rae). Dal rae berterima kasih lalu turun.
Ji hwan masih terpana melihat akting Dal rae dengan tangan masih di daerah terlarang, sepasang mata ibu-ibu disamping pria tadi menatapnya terkejut. wkwkwkw, Ji Hwan pun segera melepaskan tangannya dan keluar dari bus lewat jendela!! (ckckck, mentang2 stuntman).
Ji Hwan berlari untuk mengikuti Dal Rae, tapi ia kemudian berhenti. Ji Hwan tersenyum menatap Dal Rae dari belakang dan mengacungkan jempolnya.
Di depannya Dal rae yang tidak tahu di ikuti Ji hwan mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. Ji Hwan langsung mengambil ponselnya juga dan berharap Dal rae menelponnya, tapi tidak, Dal rae ternyata menelpon Young Hoon. Ji Hwan tersenyum menyadari tak mungkin Dal Rae yang sedang marah padanya menelponnya.

Hari berganti, setelah berlatih lompat tali, Pelatih menimbang berat badan Ji Hwan yang ternyata sudah memenuhi target.
"Pelatih, untuk pertandingan selanjutnya, aku akan menaikkan berat badanku lagi" kata Ji Hwan pada pelatihnya.
"kau ingin melawan Young Hoon? aku rasa kau tidak perduli dengan emasnya"
"ini tidak benar, ini bukan aku, aku mengubah diriku agar cocok dengan berat badan.  Kemenangan bukanlah segalanya"


Hari pertandingan tiba, Dal rae datang membawa dua buket bunga. Ia duduk di bangku penonton di samping Ji Min.
 
Saat Young Hoon melihatnya, Dal rae melambaikan tangan. Ji Min tak mau kalah, ia memanggil Ji Hwan dan menyemangatinya, tapi Ji Hwan terlihat tidak antusias.

Ji Hwan mendapat medali perunggu.


 
Setelah pertandingan, Dal Rae menyerahkan buket bunganya, satu untuk Young Hoon, satu lagi untuk Ji Hwan. Dal Rae juga membesarkan hati ji Hwan yang telah bertanding bagus walau tidak mendapat emas. Sayangnya, respon Ji Hwan mengecewakan Dal Rae.
 
Walau menerima buket bunganya, Ji Hwan mengucapkan terima kasih dengan acuh dan langsung menarik Ji Min pergi. Dal Rae menatap kepergian Ji Hwan dengan pandangan sedih.

Young Hoon mengajak Dal rae ke tempat karaoke,  tidak berapa lama datang pasangan Ji Min dan Ji Hwan.
Melihat di situ ada Dal Rae, Ji Hwan enggan dan akan kembali keluar, namun di tahan Ji Min yang malah menyuruhnya duduk di samping Dal Rae.
Ternyata Young Hoon sengaja, ia menyadari Dal Rae dan Ji Hwan terlalu lama bertengkar. Menurutnya pertengkaran mereka seperti pasangan kekasih, jadi ia menggoda mereka untuk berciuman.
 
"sekarang ciumlah, dan kalian akan jadian. Kami benar-benar tidak nyaman dengan tingkah kalian."kata Young Hoon dari seberang meja. "Ji Hwan, selamat ulang tahun" lanjutnya lagi.
"apa urusannya?" tanya Ji Hwan dingin sambil memunggungi Dal rae, tapi ia kemudian berterima kasih.
 
Young Hoon menyerahkan sebuah kado "sepasang sepatu karet, hadiah dari Dal rae yang dititipkan kepadaku".
Dal Rae protes tapi ja-im buat ngomong banyak (mestinya Young Hoon ngaku tuh hadiah dari Young Hoon). Ji Hwan menyentuh kadonya hati2 dan melirik Dal Rae berterima kasih, ia berjanji akan mengenakannya di saat acara khusus saja.
Dal Rae tersenyum, karena kini Ji hwan walau masih memunggunginya, mau berbicara padanya "ayolah, buang sepatu yang kau pakai sekarang" pintanya
mereka hampir akan kembali bertengkar, tapi Young Hoon mencoba mencairkan suasana "tenanglah, untuk merayakan hari jadi kalian berdua, sebaiknya kalian nyanyi bersama"
 
awalnya keduanya menolak, tapi kemudian Ji Hwan dan Dal rae sepakat untuk bernyanyi lagu kesukaan mereka, dan merekapun mulai bernyanyi sambil menari dengan gaya-gaya konyol. wkwkwkwk, lucu liat Kwon Sang woo joget2 gajebo.

Pulang bersama berjalan berdua, pandangan Ji Hwan tidak pernah lepas dari wajah Dal rae. Mereka berdua tersenyum. Kini mereka sudah kembali "bersahabat".
"melihatmu dulu...ketika kecil kau sering menirukan suara burung" kata Dal rae melihat Ji Hwan lalu mulai mencoba bersiul namun gagal. "aku tak bisa melakukannya" Dal Rae tertawa kecil,ia lalu menatap Ji Hwan dan berterima kasih karena sudah mengantarnya pulang.
Ji Hwan masih diam dengan mata terus menatap Dal Rae, lalu ia menepuk pundak Dal Rae (seperti sedang membersihkan debu), "kau masih ingat?" tanya ji Hwan
 
flashback waktu kecil, mereka biasa melakukan usap debu dipundak sebagai tanda berpisah. Dal Rae tertawa mengingatnya dan mereka mulai melakukan "usap debu" sama seperti dulu. Sebelum Dal Rea pulang, ji Hwan menanyakan apakah Dal Rae mau mencari "tempat harta karun" mereka lagi.
"makam pupee? repot lagi? tidak.....kenangannya biarlah tetap menjadi kenangan, itu yang terbaik" jawab Dal Rae, ia lalu pamit pulang.
"kenangan! kata benda untuk sesuatu yang di ingat, kalimat lampau.....jadi untuk membuat kenangan menjadi kalimat present, apa yang ...." Ji Hwan terus memikirkannya dalam perjalanan pulang.

Dibawah sinar purnama, Ji Hwan menyuapi ayahnya makanan. "sejak kapan ayah seperti ini?"
"sejak kau lahir.... sejak ibumu ke Surga, sejak itu aku lepas kendali"
"harusnya ayah hilangkan saja aku" jawab Ji Hwan prihatin.
ayah kaget menatap ji Hwan, "tidak bisa, kaulah alasanku hidup!"
"selalu memakai kata2 manis!" Ji Hwan merajuk, "ketika ayah masih muda, pasti ada yang ingin sekali ayah lakukan. Ayah tidak pernah menceritakannya padaku"
"angin..." ayah menatap ke suasana kota, ia berdiri dan mulai merentangkan tangannya, "seorang pria berkelana seperti angin. Mobil, rumah, tak butuh. Baju bagus dan sepatu bukanlah apa2." Ayah lalu tertawa, ia kemudian malanjutkan lagi kata2nya kali ini dengan sedih, "aku memang sampah, pria paruh baya yang hampir tak pernah punya pekerjaan layak."
Ji Hwan yang sedari tadi duduk mendengarkan, kini mulai berdiri dibelakang ayahnya dan mulai melakukan gerakan2 pemanasan senam.
"tapi kau....aku berterima kasih kau telah tumbuh dengan baik." kata ayahnya lagi mulai menangis.
Ji Hwan merangkul ayahnya, "aku setuju! aku telah tumbuh dengan baik, mengambil makanan dari mulutmu. Tumbuh setinggi ini .... terima kasih ayah, karena kau tidak lari dariku" kata2 Ji Hwan membuat ayah mulai tersenyum dalam tangisnya.
Mereka lalu sepakat untuk menghabiskan malam dengan minum, ayah lalu memberi ide agar mengajak Dal Rae minum bersama. Ji Hwan setuju, dan mereka tertawa sepakat.

Dal Re membantu mengambilkan baju dari keranjang sambil tiduran, sementara ibu yang melipatnya. Dal Rae kemudian bertanya apa hal yang membuat ibunya mau menikah dengan ayahnya.
ibu tersenyum, "dia baik...terlalu baik. Tanpa aku di sisinya, dia akan kesulitan. Awalnya karena kasihan, aku menyetujui untuk bertemu dengannya beberapa kali. Kemudian berubah menjadi cinta, dan juga sudah saatnya menikah". Ibu lalu menceritakan satu hal yang paling menarik, "setelah satu tahun setelah kencan pertama, ia belum berani memegang tanganku. Jadi suatu hari aku minum satu botol arak dan menciumnya duluan!!"
Dal Rae tertawa mendengar cerita ibunya... wow, girls, jangan di tiru ya.... ni emak ngajarin anaknya aneh2, wkwkwk
Ibu masih melanjutkan lagi ceritanya, "dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? dia pingsan!" keduanya tertawa. Tiba2 dari luar terdengar suara Ji Hwan mengajak Dal Rae keluar untuk main.

Esok harinya, Dal Rae mematut di kaca spion sebuah motor yang terparkir, ia langsung berdiri tegak seolah2 sedang menunggu saat dilihatnya Ji Hwan datang.
Ji Hwan langsung menyelidik memandang wajah Dal Rae. "kau berdandan".
"tunggu, jangan mendekat, aku mungkin terkena infeksi mata" Dal Rae langsung mengucek matanya. Ji Hwan mengambil tangan Dal Rae dan mengucekkannya(???) di matanya. halah itu bahasa apa mengucekkan, wkwkwk yang penting ngarti dah.
Rupanya Ji Hwan tahu kalau Dal Rae merasa malu, "sudah lebih baik? kau kelihatan cantik hari ini" kata Ji Hwan lalu menarik tangan Dal Rae pergi.
"hei, kenapa kita bergandengan tangan?" tanya Dal Rae heran.
Tanpa menoleh dan berkata apapun, Ji Hwan melepaskan tangan Dal rae dan tersenyum lebar.
Ji Hwan mengajak Dal rae ke toko aksesoris. Selama ini Ji Hwan yang selalu menerima hadiah dari Dal rae, jadi kali ini ia yang akan melakukannya.
"Lee Ji Hwan yang pelit akan menghamburkan uang?" sindir Dal Rae sambil tersenyum. Ji Hwan menyarankan agar Dal Rae memilih anting, karena Dal rae jarang memakai anting dan pasti akan terlihat lebih cantik jika memakainya. Dal rae setuju, ia mulai memilih2 anting.
Ada anting yang di sukainya namun harganya terlalu mahal, jadi ia mulai mencari lagi. Ji Hwan mengambil anting itu dan memberitahu pemilik toko ia akan membelinya.

"cinta membuahkan perhatian.....menunjukkan perhatian, mengubah penampilan suatu benda....oleh Lee seong Bok" Ji Hwan membacakan kutipan puisi kesukaan Dal Rae di perpus.
"Dunia terlihat berbeda bagi orang yang sedang jatuh cinta'" kata Dal Rae, ia menyetujui isi puisi itu. Ji Hwan menyerahkan buku yang dibacanya tadi pada Dal Rae dan mulai berdiri. Dal rae tersenyum kecil, ia mengingat memberikan surat pada seseorang yang ia sukai, "tapi tidak pernah mendapat balasan, jadi aku mulai tak suka dia"
Ji Hwan mengatakan bahwa puisi itu mewakili perasaannya. Ia mengakui mulai suka membaca buku sejak setahun lalu. Setahun lalu, di tempat yang sama, membacakan sebuah puisi , puisi tentang cinta. Dal rae tertawa menerima buku itu dari Ji Hwan, dan mengakui bahwa cinta memang mampu mengubah banyak hal.
Ji Hwan lalu mengingatkan kejadian setahun lalu saat ia menanyakan mengapa Dal rae sangat suka membaca di sudut itu, "ingat jawabanmu apa?" tanya Ji Hwan pada Dal rae.

flashback jawaban Dal Rae;
"aku suka buku dengan lembaran putih yang kabur. Selain itu, aku menyukai huruf kecil yang ada di buku tua ini. Kau tahu, membuatku berkonsentrasi. Di sini ada sesuatu yang tersembunyi, seperti  perburuan harta karun" Dal rae menangkupkan bukunya dan tertawa, "Sebenarnya..... bukankah itu membuatku terlihat spesial? membuatku seperti penggemar buku!" flashback selesai.

"terima kasih, sejak itu aku mulai suka membaca"... huaa, apakah ini berarti Ji Hwan bermaksud mengatakan bahwa ia sudah jatuh cinta pada Dal rae? hingga hal yang di sukai Dal Rae pun menjadi hal yang juga di sukainya...

Malam itu, mereka menutup "acara kencan" dengan menonton layar tancap. bedanya kalo orang sana nontonnya dari dalam mobil, kalo kita mah kan ngegelar dimana2.....Ji Hwan yang kenal dengan penjaganya, meminta lokasi spesial "diatap mobil". wkwkwk, kayaknya seruuuu tuuuh.
Dal Rae mengingatkan agar Ji Hwan nanti melamar calon istrinya dengan cara itu (menonton berdua di sofa di atas buS). "aku jamin sukses 100 %!"
"baiklah" jawab Ji Hwan pendek, ia lalu merangkul dan mengusap lengannya Dal Rae yang merasa kedinginan.
"nyaman dan hangat, boleh kupinjam bahumu?" Dal rae lalu menyandarkan kepala ke bahu Ji Hwan. Dal Rae merasa nyaman, ia lalu mengatakan itu adalah hal yang tidak dapat ia lakukan dengan Young Hoon. "Ji Hwan, kita harus menjadi teman selamanya... bahkan sampai kita tua, mari kapan kita menonton bersama... dan menjaga satu sama lain" Ji Hwan sempat tercekat, (mungkin ia mengharapkan mereka akan bisa lebih dari sekedar teman?)
"Dan bertengkar juga" Ji Hwan menambahkan
"tentu!! tidak akan menarik tanpa itu"

 
Pada suatu hari mereka Double date bersepeda santai, bersama pasangan masing2.
 
Ji Hwan sempat diam2 memperhatikan Dal Rae. Ji Hwan dan Young Hoon lalu balapan, Dal Rae menatap mereka dengan senyum.
"kau bersorak untuk siapa?" tanya Ji Min
"huh?" Dal Rae tidak mengerti
"antara Young Hoon dan Ji Hwan"
"apa itu penting?" Dal Rae menghindari memberi jawaban.


 
Ji Hwan sedang briefing aksi berbahaya yang harus dia lakukan bersama timnya. 

Dal Rae langsung nyelonong ke ruangan sutradara. Ia langsung mengucapkan dialog didepan sutradara yang membuat semua memperhatikannya. Akhirnya Dal Rae mendapatkan peran.

 
Pagi hari untuk Syuting bagi Ji Hwan dan Dal rae tiba. Ji Hwan mempersiapkan sepedanya, sementara Dal rae menyiapkan mentalnya.

 
Syuting Ji Hwan dimulai, ia memacu sepedanya menghindari para pengejarnya yang mengendarai motor. Ia meliuk2 diantara kendaraan lain bahkan yang berlawanan arah dengannya.

 
Dal Rae sudah 5x take, tapi belum memuaskan sutradara. Ia terpaksa mengulangnya lagi......


Ji Hwan sukses menyelesaikan syutingnya, para kru memberi aplaus dari atas jembatan....


 
Akhirnya Dal Rae berhasil memperagakan akting yang bagus, sutradara tersenyum senang dan menghentikan syuting hari itu. Kameramen juga sempat memujinya. Dal Rae masih tidak percaya, ia keluar dari "rumah syuting" dan mulai menari2 girang sambil berputar2 bertepuk tangan.
 
Ternyata ia tak sendiri, 2 orang kru sedang berada di atap, mereka ikut memberi tepuk tangan selamat yang kontan membuat Dal Rae malu dan segera masuk kembali.


Ji Hwan, yang sedang menunggu lampu merah untuk menyebrang, menggerutu karena Dal rae tidak juga mengangkat telponnya, ia tak sabar ingin menceritakan syutingnya yang sukses hari itu. Ia akhirnya menelpon ayahnya, sambil menyebrang jalan ia dengan gembira bercerita pada ayahnya dan menjanjikan akan mentraktirnya makan steak.
Malang bagi Ji Hwan yang terlalu asyik menelpon, ia telah melewati jalur yang berbeda dan akhirnya tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang.
Dal rae menerima telpon tentang Ji Hwan, ia segera berlari menuju RS, disana sudah ada ayah dan pelatihJi Hwan.
 
Dengan sedih, mereka menatap Ji Hwan yang tengah terbaring dari balik jendela.

--bersambung--

--tetap semangat, tetap tersenyum--

10 komentar:

Anonim mengatakan...

kacian bgt ne crita..
dlu sempet n0nton dvdnya..
mpek nangis b0mbay..
tp ada adegan lucu wkt ji hwan ngira klo kakinya d makan amah si papy..

: D

ai mengatakan...

@pni... iya, tuh karena rambutnya yang aneh pingin kayak Jackie Chan...padahal dramanya yang lainyang lbh lama dari ini gak keliatan culunnya, xixi

@nonim.... nonton ini tar banyak nangis di sepertiga terakhir... banyak lucu di awal2nya...

aYYooN RF mengatakan...

Lanjuuttt Mb Ai, seruuu :)

ai mengatakan...

hihi, tiba2 rasa malas melanda.... tapi rencana sih tetep lanjut wlw gak tau kapan ckckck

TUKANG CoLoNG mengatakan...

setdehh satu pilm di review..haha

ai mengatakan...

iya bi Blih, aku juga kadang ngerasa kayak orang kurang kerjaan tuh.... ckckck

Vialin mengatakan...

Kelanjutannya mana?????
Ayo dilanjutin.... Kan tinggal dikit.....
Please.......

ai mengatakan...

@Vialin... masih ngumpulin mood, hehe, tapi aku usahain ya

Anonim mengatakan...

lanjut dunk,,,nanggung ne bacanya,,,critanya seru,,makasie




vha2

ai mengatakan...

@Vha2... tenang, udah jadi kok Almost lovenya, tinggal nunggu posting aja... soon ya....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...