“Ini milikku, sehingga aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan dari sekarang, kan?”
“Apa?”
“Langkah apa yang akan kita lakukan?.. Apa kau tidak penasaran?” Mi Rae Cuma kiceup kiceup molohok, “Mengapa kau terlihat begitu terkejut?.. Tidakkah kau sudah mempersiapkan diri setelah kau menandatangani kontrak penyerahan tubuhmu? Jari-jari kakimu adalah milikku, perut buncitmu adalah milikku, hatimu adalah milikku, alismu adalah milikku, bibirmu adalah milikku juga… Mereka semua milikku..“ Mi Rae Cuma bisa menelan ludah, “Jadi ...”
Jo gook memegang tangan Mi Rae dan mencoba menyingkirkannya, Mi rae makin tegang….. Apalagi Jo Gook makin mendekat…
Tapi ternyata Jo Gook Cuma ingin Mi Rae istirahat dulu dan tidur dengan nyaman, ia juga mengingatkan agar Mi Rae meregangkan kakinya. Melihat Mi Rae diam-diam menarik nafas panjang, Jo Gook menggodanya, “Apa yang kau bayangkan dengan ekspresi seperti ini? Apa kau kecewa?”
“Kecewa?” Mi Rae menahan malu, ia buru-buru menyilangkan tangannya lagi, “Aku biasanya tidur seperti ini”
“Apa kau benar-benar tidur seperti ini?” Melihat Mi rae menjawab ya sambil mengangguk dengan semangat, Jo Gook menyangkalnya, “Jangan bercanda. Aku melihat bagaimana cara kau tidur saat kita pergi berkemah tempo hari.”
Mi Rae marah, bagaimana bisa Jo Gook tahu padahal ia seharusnya tidur di luar. Jo Gook dengan santai menjawab ia pernah mengingatkan agar Mi Rae jangan mempercayai laki-laki, terutama laki-laki seperti Jo Gook.
Mi Rae kesal, ia berusaha menyingkirkan Jo Gook, “Minggir!”
“Apa yang kau raba? Mengapa kau meraba-raba aku?” haha, Jo Gook belum puas ngerjain Mi Rae
“Meraba-raba? Siapa yang meraba-raba?”
“Kau jelas meraba-raba aku tadi…”
Jo Gook mengambil tangan Mi Rae dan memasukkannya ke dalam kaosnya, “Seperti ini. Seperti ini!”
Mi Rae menarik tangannya, “Aku? Dengan tangan ini?”
Jo Gook tersenyum, ia masih mau mengerjai Mi rae lagi, “Itu tidak penting… Mengapa kau mencoba untuk merangsang seseorang yang berusaha menahan (godaan)?.. Haruskah aku tak mengontrol diriku lagi?”
Mi rae makin kesal, ia yakin Jo Gook menganggunya sekarang ini karena ingin membalas dendam padanya yang pernah memukul kepala Jo Gook. Ia menyodorkan pipinya untuk menerima balasan dari Jo Gook. Tapi Jo Gook malah tertawa.
“Kenapa kau tertawa?” Tanya Mi Rae marah.
“Karena kau cute… .Apa pernah kau menampar seorang pria di dini hari?” Mi Rae terlihat bingung dengan arah pembicaraan Jo Gook, “Akankah wanita berumur 36 tahun menangis dan berteriak jika seorang pria mencoba merayunya?”
Melihat Mi Rae Cuma melongo, Jo Gook mencium cepat bibir Mi Rae, ia lalu menyodorkan pipinya, “Tampar aku”. Melihat tak ada reaksi dari Mi Rae, Jo Gook berkesimpulan kelakuannya tadi tak cukup untuk mendapat tamparan.
Ia pun melakukan yang lebih, mencium Mi Rae lebih dalam dan lebih lama……….
Paginya Boo Mi terheran-heran dengan ruangan Mi Rae yang berantakan dan banyak sisa makanan. Saat ia mencoba merapihkan sampah makanan, masuk Jung Do. Jung Do juga terheran-heran, ia bertanya dimana Mi Rae. Boo Mi menjawab ringan bahwa Mi Rae semalaman lembur mencari sesuatu. Jung Do mengambil salah satu berkas dan memikirkan apa yang mi Rae cari semalam.
Sementara itu Jo Gook sesekali menoleh pada Mi Rae yang tidur nyenyak, ia senyum-senyum sendiri. Setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan yang cukup teduh, Jo Gook keluar dan menutup pintu mobil nyaris tanpa suara.
Ia menelpon Jung Do untuk mengabarkan Mi Rae bersamanya, dan sedang tidur nyenyak setelah terjaga semalaman. Jadi Jo Gook minta tolong agar Jung Do membuatkan jadwal kegiatan luar untuk menutupi absennya sementara Mi Rae akan dibiarkan tidur setidaknya sampai 1 jam lagi.
“Dia tidur?”
“ Ya”
“Apa kau dengan Walikota sekarang?”
“Ya.”
“dimana kau ? Aku akan datang dan menjemputnya.”
“Kami tidak di tempat dengan simbol air panas (=hotel), jadi jangan khawatir“
“Aku tidak khawatir dia ada di mana, tapi dia bersama siapa…. Di mana kau ?” wkwkwk
“Aku akan menelepon lagi saat dia bangun.” Jo Gook buru-buru menutup telponnya, ia heran bagaimana Jung Do bisa tahu dirinya lebih baik daripada dirinya sendiri?
Jo Gook menatap Mi Rae dari luar, senyum tak pernah lepas dari wajahnya, pandangan matanya begitu lembut….
Saat dilihatnya Mi Rae mengernyit karena silau, Jo Gook buru-buru berdiri menghalangi sinar itu dan tersenyum makin lebar saat Mi Rae kembali tidur nyenyak.
Diiringi soundtrack yang sangat cocok menggambarkan perasaannya saat itu; ’aku pikir aku jatuh cinta denganmu… karena aku hanya dapat melihatmu… karena kau berkeliling sepanjang hari di dalam pikiranku .. aku pikir aku jatuh cinta denganmu… tapi hatiku masih belum akrab denganmu… di mana pun aku dan apapun yang aku lakukan, selalu memikirkanmu datang padaku… Aku tak tahu, tapi ini adalah cinta… Ketika kau tertawa, aku juga senang dan aku mulai tersenyum… Seperti seorang anak dalam mimpinya, aku memujamu sepenuh hatiku.. Ketika kumelihatmu sedih, dunia di sekitarku hancur… Kau tidak tahu perasaanku…’
Di City Hall, Boo Mi dan Jung Do sama-sama melihat jam tangan. Boo Mi menawarkan diri menelpon mi Rae karena sudah sesiang itu Mi Rae tak juga datang. Jung Do yang sudah tahu kabar dari Jo Gook berusaha menutupi dengan mengatakan Mi Rae sedang ada pertemuan di luar.
“Dia menelepon?” tanya Boo Mi ingin tahu. Saat mendengar kalau itu jawaban yang harus mereka utarakan jika ada yang menanyakan Mi Rae, Boo Mi khawatir kalau-kalau Mi Rae terluka.
“Terluka?”
Akhirnya Boo Mi menceritakan kejadian keributan yang di sebabkan para pemilik tanah saat Jung Do tak ada kemarin, ia juga cerita soal Mi Rae yang di jambak, di pukul dan di rutuk. Juga soal pertengkaran Mi Rae dengan kepala Ji. Boo Mi yakin kejadian kemarin bukan kerjaannya para Kepala Biro.
Seolah tahu pasti siapa dalangnya, Jung Do buru-buru pergi. Boo Mi merasa salah telah memberi tahu Jung Do.
Joo Hwa mendatangi Ketua Dewan Kota untuk memberikan minuman kesehatan. Ia beralasan Ketua Dewan selalu pergi ke rumah sakit saat tiba pertemuan dewan yang membahas proyek relokasi City Hall. Jadi ia ingin ketua Dewan dalam keadaan sehat agar pembahasan anggran tak lagi di undur untuk yang kelima kalinya. Ckck, padahal kayaknya Ketua Dewan ini memang sengaja mengulur-ulur.
Rayuan Joo Hwa terhenti saat Jung Do datang. Jung Do langsung menarik tangannya keluar setelah minta ijin pada Ketua Dewan. Ketua Dewan terlihat lega saat Joo Hwa akhirnya pergi.
Jung Do setengah menyeret istrinya itu, tanpa tedeng ia langsung menuduh Joo Hwa dalang datangnya para pemilik tanah ke Kantor Walikota. Joo Hwa tak mengelak, ia berdalih bahwa Orang-orang itu punya hak untuk tahu karena melibatkan uang yang tak sedikit. Ia mencoba lepas tangan dengan mengatakan tak tahu kalau akan terjadi kekerasan, setidaknya bukan ia yang menyuruh. Sudah tugasnya untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan warganya, jadi jika walikota menerapkan kebijakan yang tak adil, mereka harus menghentikannya.
“Oke. Kau melakukannya dengan baik. Sangat patut dipuji… Berkat kau , aku menyadari betapa tak bergunanya aku…. Oke, jalani hidupmu dengan nyaman”
Joo Hwa bingung, ia mengira Jung Do akan mengundurkan diri lagi. Tapi ia salah, ternyata Jung Do akan menceraikan Joo Hwa.
“Apa?”
“kita bercerai.. .Aku tak bisa hidup denganmu lagi… Aku akan mempersiapkan dokumen sendiri. Kau hanya perlu menandatanganinya… Jika kau tidak setuju, bawa pengacara”. Jung Do dengan tegas mengatakannya dan bergegas pergi.
Tinggal Joo Hwa yang terhenyak, akhirnya ia berteriak menjawab kalau ia setuju.
Jo Gook mengantar Mi Rae kerumahnya, goncangan berhentinya mobil membuat Mi Rae terbangun. Tapi kata-kata Jo Gook yang menyuruhnya cepat mandi karena Jung Do akan menjemputnya membuat kesadaran Mi Rae berkumpul cepat. Ia panik menyadari hari sudah siang dan menyalahkan Jo Gook yang tak membangunkannya.
Jo Gook terkekeh, ia menggoda Mi Rae tidur dengan sangat cantiknya. Ia juga tak lupa menanyakan soal tamparan yang tak juga Mi Rae lakukan. Mi Rae menutupi rasa malunya dengan menjawab akan melakukannya lain waktu. Jo Gook makin menggoda Mi Rae dengan bilang bagaimana jika ia melakukan yang lebih daripada sekedar mendapat tamparan? Mi Rae tak menjawab, ia memanyunkan bibirnya, Jo Gook terkekeh.
Jo Gook memberi berkas Mi Rae sambil mengucapkan selamat, ia juga memberi saran kalau ia akan memberitahukan rencananya pada lawan. Saat lawan melakukan segalanya untuk menghentikan rencana itu, ia sudah siap dengan rencana baru.
“Darimana kau mempelajari semua itu?”
“Dari sejarah… Sejarah ditulis oleh pemenang.”
“Apakah kau mangkhawatirkan aku?”
“Ya”
“Tapi aku juga mengkhawatirkanmu... “ kata-kata ini sukses membuat Jo Gook melihat Mi Rae, Bagaimana Jo Gook bisa selalu menang? Kadang jika ingin memenangkan sesuatu yang benar maka kehilangan sesuatu yang lain, Mi Rae sudah siap dengan itu.
“Bagaimana jika lawanmu adalah aku? Jika aku adalah lawan ... dari sesuatu yang menurutmu benar, apa yang akan kau lakukan?”
Mi Rae tak mampu menjawab, ia memandang Jo Gook lekat. Tanpa bicara mereka tahu suatu saat nanti pasti mereka akan berada di sisi yang bersebrangan. Mi Rae mengalihkan kekakuan dengan menyemangati kampanyenya jo Gook dan berusaha membuka pintu.
Jo Gook buru-buru keluar dan membukakan pintu untuk Mi Rae. Dan rasa sakit membayangkan mereka akan bersebrangan itu telah datang. ‘Jika aku memilikimu di sisiku, jika aku berpikir tentangmu, jika aku mencintaimu, kau tampak seperti orang yang tidak akan tinggal lama.. Jika aku membiarkanmu pergi, jika aku meninggalkanmu, kau tampak seperti orang yang akan mencintaiku lebih....‘
Mi Rae yang menyangka Jung Do marah karena diam saja sedari menjemputnya tadi, berjanji takkan mengulang perbuatannya lagi kesiangan ke kantor. Tapi ternyata bukan itu, Jung Do justru merasa tak enak dan minta maaf atas insiden pemilik tanah kemarin yang di dalangi Joo Hwa.
“aku minta maaf atas namanya… Aku benar-benar menyesal. Apa kau terluka?”
“Apa permintaan maaf menyelesaikan masalah? Tidakkah kau sangat mengenalku setelah sekian lama? Aku mungkin tidak tahu banyak hal, namun ambang batasku untuk menerima tamparan sangat tinggi… Aku lebih khawatir pada para ahjumma itu, hari ini bahu mereka pasti terluka. Mungkin mereka melukai punggung mereka juga.” Jawaban Mi Rae membuat Jung Do tersenyum. Mi Rae melanjutkan bahwa ia justru berterima kasih karena kejadian kemarin memacunya untuk mencari solusi.
Saat akan masuk City Hall, Mi Rae teringat permintaan Jung Do saat di hotel setelah Mi Rae dilempari tomat, “Bukankah kau bilang ada sesuatu yang kau inginkan dariku jika aku menjadi Walikota?.. Apa itu?”
“Sebenarnya, ini tentang Joo Hwa… Jika Walikota Shin menunjukkan ketulusan hati, Joo Hwa juga akan bisa mengerti dan menyadari betapa palsunya dia… Aku ingin menghentikannya, tapi itu di luar kemampuanku… Aku tidak memiliki kemampuan itu, jadi ini yang ingin kuminta darimu; Kuharap kau akan menjadi walikota yang tulus dan jujur, dan mengirim Joo Hwa kembali padaku.”
Permintaan Jung Do membuat Mi Rae tambah semangat, “Aku terus mendapat lebih banyak alasan lagi dan lagi untuk menjadi walikota… Oke, aku akan mencoba yang terbaik!!”.
Sekertaris Park tak mengelak itu tanda tangannya. Joo Hwa yang awalnya tak percaya akhirnya mengakui kalau itu tanda tangan duplikat, tapi ia tak serta merta menyerah apalagi jika sampai proyek relokasi City Hall di batalkan.
“Kau harus menyelidiki (=melibatkan kepolisian) pemalsuan itu... “
“Apa kau ingin aku melakukan itu? Apa kau ingin penyelidikan untuk pemalsuan, dan di penjara?.. Kupikir kita tidak mesti memperpanjang, tapi jika kau pikir itu lebih terhormat, kita bisa melakukan itu..”
Sekertaris Park kelabakan, ia memohon pada joo Hwa, “Tidak, jangan! aku tidak memiliki kehormatan apapun!.. Biarkan saja”
Joo Hwa sadar proyek relokasi tak mungkin di teruskan, dia memberi usul untuk membangun sesuatu yang lain. Mi Rae setuju, ia telah memikirkan untuk membangun sebuah RS Umum.
“RS Umum? Omong kosong macam apa ini? Apa pemilik tanah akan menyetujui itu? Apa kau ingin mereka menarik rambutmu lagi?”
“Tak peduli mereka akan menarik rambutku atau menamparku, itu masalahku… Satu-satunya harapanku adalah kalian bertiga tidak akan melakukannya..”
Sesuai dugaan Joo Hwa, para pemilik tanah mendatangi Mi Rae dan protes. Mereka mengkhawatirkan harga tanah yang jatuh jika di jadikan RS Umum bukan RS swasta. Tapi Mi Rae punya cara jitu membungkam orang-orang itu, ia membahas masalah PAJAK!!. Seketika mereka mengkeret, karena mereka sadar mereka banyak menghindari pajak kekayaan mereka.
Mi Rae juga meyakinkan dengan kekuasaan yang di pegangnya ia akan berusaha bersikap adil bagi semua orang.
Sementara itu Jo Gook sedang kampanye, jujur bagi saya pemilik blog cikurngora.blogspot.com pidatonya itu yang bikin jatuh hati. Menularkan semangat dan menimbulkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Lebih cepat mana menghitung 100 juta won atau menghasilkannya? Wow dengan perhitungan 1 won per detik 24 jam nonstop, ternyata total bisa menghabiskan waktu sekitar 3 tahun 2 bulan!! Ckckck, gak mungkin banget gak makan, minum, atau aktivitas yang lain.
Ternyata, mestinya lebih cepat menghasilkannya. Lalu kenapa tidak semua orang bisa punya 100 juta won? Intinya, Pilihlah Jo Gook!! yang menawarkan perubahan cara pandang dan pengelolaan sistem yang lebih baik untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Huah, kecap memang selalu nomor satu.
Mi Rae yang menyelip diantara para pendukung Jo Gook, ikut larut dalam tepuk tangan yang meriah. Diam-diam iapun pergi.
Saat memutar sepedanya Mi Rae di kejutkan oleh kehadiran Jo Gook. Mi Rae berkilah tak baik seorang walikota terlihat condong pada salah satu kandidat, bagaimana Jo Gook bisa mengenalinya padahal ia berusaha menyamar.
“Karena kau adalah milikku... Apa ada orang yang tidak bisa mengenali apa yang mereka miliki?” Mi Rae terkesiap dengan pengakuan Jo Gook, Jo Gook tersenyum dan bertanya apa Mi Rae datang karena merindukannya. Mi Rae mengelak, ia berdalih hanya kebetulan lewat.
“Jika kau hanya lewat, mengapa kau mengikutiku di tiga tempat yang berbeda?.. Bagaimana kau bisa selalu lewat?.. Kau pasti merindukan aku.”
Lagi-lagi Mi Rae ngeles, haha, kali ini alasannya karena ingin tahu apa Jo Gook berpidato dengan baik.
“Aku keren, bukan?” timpal Jo Gook narsis.
Tapi bukan mi Rae namanya kalau gampang kalah, ia mengkritik gerak tubuh Jo Gook yang katanya lemah. Mi Rae pun mencontohkan gerak tangan yang baik.
Jo Gook meraih tangan Mi Rae, “Melihat kau berdiri di kerumunan, membuatku ingin melakukan yang lebih baik… Aku bahkan akan melakukannya lebih baik lagi, jadi .... Bolehkah aku melakukan hal yang bisa membuatku ditampar lagi?”
Mi Rae panik, “Apa kau gila?”
Jo Gook mengecup Mi Rae cepat, ia tersenyum saat Mi rae cuma diam, “Itu bukan salahku… Wanita macam apa yang membuat seorang pria begitu tak berdaya hanya dengan berada di hadapannya?.... Sebelum aku membuat insiden yang lebih besar, lebih baik aku pergi” Jo Gook senyum-senyum meninggalkan Mi rae yang mematung di tempatnya.
‘bahkan jika aku meneteskan air mata dan sakit hatiku, asalkan aku punya kau, itu sudah cukup… Senyum, cinta memanggilku… Bahkan jika kesedihan datang padaku, aku tidak menghadapinya sendirian; ada kami berdua… Aku akan baik-baik selama aku memilikimu.. Aku mencintaimu…’
Senyum Jo Gook hilang saat menerima telpon dari mamanya, yang menemukan sebuah toko bunga yang ia suka. Ia minta jo Gook membayarnya, jika pemiliknya menolak, ia minta jo Gook membayarnya mahal.
Tak disangka, mama Jo Gook bertemu ketua Dewan Majelis Kota. Ternyata mereka sudah saling kenal sejak lama.
“Kau masih terlihat elegan dan cantik meski mengalami kehidupan yang keras. Tampaknya Gook-ie telah sangat berbakti.”
“Aku terus berpikir bahwa jika aku bisa bertemu denganmu lagi suatu hari nanti, aku harus berterima kasih, tapi ... tampaknya bahkan kata-katapun bisa basi. Sekarang sudah terlambat..”
Wow, ada hubungan masa lalu apakah diantara keduanya???
Trio City Hall yang jobless kini terdampar di taman kota, hanya kepala ji yang terlihat perlente karena ia tak berani mengatakan ia telah di pecat dari city hall.
Sementara dua temannya sibuk makan jajanan, Kepala Ji mengingat malam Mi Rae lembur, ia diam-diam memasukkan berkas di dekat pintu. Berkas itulah yang kemudian di temukan Mi Rae tanda tangannya duplikasi. Lamunannya terhenti saat di dengarnya Kepala Moon menerima telpon dari Mi rae mengajak makan siang.
Kepala Moon dan Byun memakai jas mereka mendatangi resto yang di janjikan mi rae, mereka terkejut karena kepala ji sudah ada disana duluan. Kepala Ji yang tadinya terang-terangan melawan Mi rae, kali ini sebaliknya. Ia terang-terangan tunduk pada Mi rae.
Mi rae tertawa, ia menunjukkan ia tetap Mi Rae yang dulu. Walau ia walikota, ia tak menjadikan para sunbaenya hanya sebagai pekerja. Selain mentraktir mereka, Mi rae juga mereka membawa daging pulang untuk di rumah.
Sementara Mi rae sudah lega karena berhasil merangkul kembali trio cityhall, Jung Do tengah muram. Dengan sedih ia mengingat telah mengajak Joo Hwa bercerai. Ia bahkan menangis mengingat ia akan memotong pendek rambut kruilnya yang di sukai Joo Hwa..
Malamnya Joo Hwa datang, ia berusaha Mi rae bergabung dengan partainya, partai kemenangan.
Mi rae dengan cara kocaknya menolak dengan tegas. Joo Hwa keukeuh, ia berdalih semua demi kebaikan mi Rae agar ada partai yang mendukungnya, agar ada tempat untuknya bergantung, tidak selalu Jung Do suaminya.
“Tidak, daripada memberimu apa yang kau inginkan, aku memilih memberi Kepala Lee apa yang ia inginkan”
“Sesuatu yang suamiku inginkan? Apa itu?”
“kau.. .”
“aku?”
“Ya, kau .”
“Tentu saja aku tahu suamiku menginginkanku… Tapi mengapa dia memintamu melakukannya untukku?”
“Apa kau ingin tahu?... Gunakan imajinasimu… Pergi sekarang. Aku lelah.”
“Hei, bagaimana bisa kau pergi begitu saja? Selesaikan dulu apa yang kau katakan, baru pergi… kau akan bergabung dengan Partaiku atau tidak?”
Joo Hwa langsung bertemu sekertaris Park dan wakil walikota, ia menegaskan kalau Mi Rae memang tak mau bergabung dengan partai mereka karena menganggap partai mereka itu busuk.
“Jika kita tidak bisa menjadikannya bagian dari kita, maka kita harus menyingkirkannya…
mulai sekarang, kita hanya memiliki satu tujuan: membuat Kantor Walikota Inju kosong lagi.”
Tbc to 14 part 2
*Keep SmIlinG!!*
4 komentar:
ditunggu kelanjutannya... N jngan lama2 ya... Hee... Tpi menangnya ketulusan didunia politik sepertinya hanya didunia drama az... Klau didunia nyata... Tanda tanya...
hahahaha langsung ke pertanyaanmu di separonyolong ya, kalo aku emang bu**l. kan jongkok.. bukan duduk hehehe
@niew, postingan pgnnya cpt, tapi apa daya tergantung pada mood dan sikon...
Sebenernya kalo ngomongin perindividu, aku yakin banyak yang PUNYA NIAT TULUS... nah, susahnya sistem politik itu yang kacau, mau gak mau individu yang gak punya kekuatan apapun harus melebur untuk bertahan atau kalau gak mau ya musti keluar... mungkin kayak kasus wakil bupati Ga**t itu lho... **sok serius, wkwkwk
@Blih Syukre, hm.... kalo celana luaran aku kebayang, apalagi jeans di pake jongkok ganjel banget... tapi kan emang gak pake dal*man?? haha
aku ga ngerti cara ceb*k ala cewek.. pernah nyoba ga ngelepas onderdil, basah semua.. siramnya juga jadi ga bersih
eh kok kita jadi ngomongin ini? hahahaha
Posting Komentar