Kamis, 12 April 2012

[Sinopsis] The City Hall -- Episode 18 Part 1

Mengabaikan harga dirinya, Jo Gook kini berlutut memohon agar Bb tak lagi mengusik Mi Rae.. Marah namun tak berdaya adalah perasaan Jo Gook saat ini, ia menangis memohon, tapi kepalan tangannya mewakili perasaan marahnya yang ia coba sembunyikan.
BB setuju. Ia mengatur ini dan itu yang boleh dan tidak boleh dilakukan Jo Gook, misalnya; Jo Gook tetap di Partai Purification, tinggal di Seoul, dan segera menikah (tentu menikahi Gh). Semua di jawab ‘ya’ oleh Jo Gook, meski itu di warnai cucuran air mata.
BB lalu bertanya mengenai ibu Jo Gook, “Ibumu, apa dia baik-baik saja?”
Jo Gook yang sedari tadi menunduk, mengangkat wajahnya, “Apa anda benar-benar ingin tahu tentang dia?”
“Aku melihat bayangan ibumu di wajahmu… sangat jelas”
“aku tak begitu yakin apa ia baik-baik saja, karena aku lebih sibuk mencoba untuk tidak
diabaikan oleh seseorang yang jauh dari ku (Bb *nyindir ceritanya)… Aku gagal merawat ibuku, yang jelas dekat aku… Sekarang, apa kau puas?”
Mi Rae akhirnya pulang. Tapi ia tetap berusaha mencari dimana Jo Gook berada dengan menelponnya. Yang menjawab ternyata tante Vero (haha kidding, ini mah pelanggan t**kom***). Mi Rae dalam kesedihannya bertanya-tanya apa yang salah, tapi ia kemudian mencoba menghibur diri bahwa semua baik-baik saja.
Esoknya, saat akan berangkat kerja, Mi Rae menemukan amplop berisi Surat Perjanjian Kontrak Tubuh tergeletak di bale halaman rumahnya. Mi Rae tahu Jo Gook baru saja datang, ia segera berlari ke rumahnya Jo Gook lalu ke kantornya. Tapi tak ada Jo Gook.
Mi Rae memutuskan mengirim pesan suara. “Di belahan bumi mana kau berada? Di mana kau?... Kau harus memberitahuku dengan cara yang bisa kumengerti… Kau minta aku datang setiap pagi, jadi aku datang. Kau pergi kemana?... kau selalu mengeluh soal aku yang tidak menjawab telponmu lebih cepat, lalu di mana kau sekarang?”
Mi Rae menatap kembali ‘Surat kontrak tubuhnya’. Ia membaca lagi isi kontrak itu.
1. Tangan - terbatas digunakan di depan umum. Kecuali untuk pemilik yang sah, tidak diperbolehkan untuk bersalaman dengan orang lain selama lebih dari 3 detik;
2. Kaki - Tanpa persetujuan dari pemiliknya yang sah, tidak boleh berjarak lebih dari satu meter dari pemiliknya yang sah. Jika kaki itu melangkah ke orang lain, semua aset akan disita dan dibatalkan selamanya; 
**flashback saat Jo Gook mengetik Surat ini,
3. Jempol - Menyerahkan kepemilikan karena jempol berbau (kayaknya aku salah nranslate, hihi)
4. Hati - Kecuali untuk pemilik yang sah, untuk bajingan lain atau lelaki lain, jantung tidak boleh berdetak cepat.
5. Mata - kecuali bagi pemilik yang sah, memelototi apa pun yang bisa di lihat mata sangat dianjurkan.
6. Telinga - Selain suara pemilik yang sah, harus mendengar suara orang lain seperti nyalakan seekor anjing.
7. Bibir - jika digunakan selain untuk makan dan berbicara, akan di ajukan ke pengadilan;
8. Otak - Struktur otak harus 50% memuat pikiran bahwa tanpa Jo Gook, aku akan mati, 40% memuat pemikiran bahwa tanpa mantan Wakil Walikota, aku akan mati, 9% memuat pemikiran bahwa tanpa penasihat kampanye Jo Gook, aku tidak punya alasan untuk hidup, 1% khawatir tentang masa depan Inju City (**tapi kemudian yang 1% ini di ganti menjadi 2%)...
Selain yang dinyatakan di atas, sisa organ yang lain tidak boleh diperdagangkan apapun keadaannya. Semiskin-miskinnya, menjual organ tubuh bukan jalan keluarnya, oke King Kong?
Tak Cuma Mi Rae yang menangis menahan kerinduan pada Jo Gook. Di tempat lain Jo Gook juga sama. Ia berulang-ulang mendengar pesan suara dari Mi Rae.
Hari itu pelantikan bagi anggota Komite Nasional. Sesudahnya di susul Jo Gook bicara secara resmi pertama kalinya sebagai jubir partai Purification.
Jo Gook mengkritik para anggota Majelis Nasional yang tidak mengamalkan ajaran Lao Tzu padahal mereka sudah tahu. Selain itu, para partai yang kini punya kursi di Majelis Nasional tidak punya visi atau cita-cita yang bagus, mereka lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri, miskin di moral, tak ada patriotisme, tidak ada perbaikan, juga rendah dalam etika. Ia juga berjanji bersama partai Purification akan berjuang ke arah majelis nasional yang lebih baik. Kata-kata ini mendapat sambutan dari para wartawan yang hadir.
Ketua Partai Purification marah besar. Tapi karena hari itu Jo Gook mendapat sambutan yang baik, ia di maafkan. “Lain kali, jangan, cukup kali ini saja. Bagaimana bisa Oposisi ditempatkan bersama kita? Mengapa kau membungkus kita bersama?”
“Aku tidak membungkus kita bersama, aku membuat kita melarikan diri dari mereka.”
“Apa?”
“Partai kita memiliki keberanian untuk meninjau kesalahan mereka yang menyakitkan. Baca saja koran besok, Anda akan mengerti… “
Tak Cuma ketua Partai yang mengkritik Jo Gook, Soo In juga. Ia mempertanyakan kenapa Jo Gook mengatakan hal yang seperti tadi. Jo Gook santai menerimanya, baginya yang terpenting adalah popularitasnya sendiri, ia tak perduli dengan kebijakan partainya.
Walau Mi Rae lelah hati dan fikiran, ia tetap berusaha menjalankan tugasnya. Hari itu ia dan Jung Do menghadiri kelas senam untuk Lansia. Tampak Jung Do dan beberapa staf Mi Rae ikut bergoyang.
Saat beristirahat Mi rae memberitahu dan minta pendapat soal adanya satu perusahaan besar yang ingin berinvestasi membangun rumah sakit kota dan sebuah pabrik. Mi Rae khawatir, karena menurutnya orang yang mendekati seseorang pertama kali ada kecenderungan tidak memberikan hasil yang baik.
Jung Do memberi sudut pandang berbeda, “Jika proyek itu punya potensi untuk terwujud, kita harus ambil itu tanpa syarat. Dalam keadaan sekarang ketika kita tidak memiliki dana lokal, menjaga dana investasi kota terus mengalir + membesarkan bisnis kota + menggunakan pajak yang dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan, itu sama artinya dengan memastikan dana sangat cukup untuk kota atau bisa di ibaratkan membunuh banyak burung dengan satu batu. Tak ada alasan untuk menghentikannya.” Jung Do lalu bertanya perusahaan apa, tapi Mi Rae mengelak nanti saja ia akan memberitahu Jung do.
Sebuah telepon pada Jung Do memberitahu kalau pengajuan dana mereka di kantor Provinsi sudah di setujui. Mi Rae sejenak ragu, bagaimana bisa semua keberuntungan untuk kota inju datang begitu cepat?
Berbeda dengan telpon yang tadi, kali ini Mi Rae tak sempat berpikir lagi setelah mendapat telpon dari Soo In. Ia secepatnya menuju tempat yang di maksud Soo In. Mi Rae berterima kasih sekaligus minta maaf sudah sering mengganggu soo In dengan telpon-telponnya.
Soo In tak masalah, hanya saja ada satu hal yang ia ingin tanyakan, “Aku sangat penasaran. Apakah menurut wanita, laki-laki yang menangisi mereka itu menarik?”
“Apa?”
“Kongres Jo terlihat menangisimu… Ia sedang menuju kesini, aku berbohong mengatakan ada wawancara di sini. Kali ini aku pasti akan mendapatkan pukulan. Aku boleh memanggilmu minta bantuan kan?”

 “Ya, aku akan memukulnya balik untukmu.. Dia layak mendapat sedikit ... “ Mi Rae tak menyelesaikan kata-katanya karena ia terpaku melihat Jo Gook.

“Wawancara? Kali ini aku benar-benar harus memecatmu” kata Jo Gook dingin
Soo In yang merasa bersalah permisi pergi, ia mengatakan akan bersiap-siap untuk di pukul. Haha.
“Orang seperti apa kau ini? Apa yang kau inginkan? Apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku?... “ Mi Rae beruntun menanyakan kenapa dan kenapa.
Jo Gook tahu ia takkan bisa menahan diri kalau mendengarkan curhatannya Mi Rae, ia segera memotong dan mengalihkan pembicaraan. ”Aku lapar, apa kau sudah makan siang? Walau kau sudah makan, kau masih bisa makan kan?”
Di dalam, Mi Rae terus saja menatap Jo Gook yang malah asyik membaca menu. Mi Rae tak tahu apa yang ada di kepala Jo Gook, tapi baginya Jo Gook yang dilihatnya sekarang adalah orang yang tak di kenalnya.
“Bagaimana seseorang bisa melakukan apa yang kau lakukan kepadaku? Bukankah kau menerima pesanku?”
“Apa kau meninggalkan pesan? Tentang apa?” Jawab Jo Gook acuh lalu memeriksa ponselnya.
“Lupakan saja… Apa tidak ada yang akan kau katakan padaku?
“Aku telah mengatakan semuanya terakhir kali”.
“Itu saja?”
“Jika aku berkata lagi, akan terlalu rumit. Biarlah dengan cara ini..”
“Kenapa kau melakukan ini padaku?”
“Apa sebabnya? Aku putus denganmu… . Ketika putus, tidak perlu bersopan santun. Mengapa kau begitu kaget? Aku telah mencampakkanmu, Shin Mi Rae. Aku sudah bersenang-senang, Shin Mi Rae tidak lagi menarik.”
Mi Rae kembali bertanya, ia harap jawaban dari Jo Gook berbeda. Tapi tidak. Jo Gook tetap dengan perkataannya tadi. Jo Gook juga malah mengucapkan sebuah kata yang Mi Rae pernah minta dengan sangat agar Jo Gook tak mengatakan padanya, “bukan salahmu jika aku meninggalkanmu”.
“Anggota Kongres Jo ...” Mi Rae tak percaya Jo Gook mengatakannya, ia pun mulai memanggil Jo Gook dengan panggilan resmi.
“Apa kau sangat menyukaiku?... Jika kau tak tahan untuk meninggalkanku, bagaimana kalau kita tetap saling bertemu? Saat bosan di malam hari, kita bisa bertemu. Lalu ... “ Jo Gook tak melanjutkan kata-katanya karena Mi Rae pergi begitu saja.
Jo Gook mengejar Mi Rae, “kau tidak boleh pergi begitu saja, makanan sudah tersaji. Makanlah sebelum pergi.”
Mi Rae berusah melepaskan tangannya tapi gagal. Jo Gook keukeuh minta Mi Rae makan dulu. Sementara Mi Rae juga Emoh, “Nikmati makananmu sendiri. Kau sungguh keterlaluan. Apa kau begitu ingin putus denganku? Kau menyuruhku untuk makan banyak dan hidup dengan baik? Jangan mimpi itu terjadi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Bahkan ketika aku mati, aku takkan membiarkanmu meninggalkan hatiku. Pergilah seperti yang kau inginkan. Tapi tidak peduli kemana kau pergi, di mana kau tinggal, atau dengan siapa dirimu, kau akan selalu punya dua rumah.” Mi Rae menepuk dadanya, “Disini…. Di sini, kau punya ruang di sini. Di ruangan ini, kau dan aku akan tumbuh tua bersama-sama. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.” Mi Rae segera pergi sebelum tangisnya meledak, meninggalkan Jo Gook yang tampangnya gak kalah sedih. Ah, andai Mi Rae mau menoleh sekali lagi melihat Jo Gook.
Mi Rae lalu menuju bukit tempat ia mengukir mimpinya menjadi walikota bersama Jo Gook dulu, ia menunjuk satu persatu tempat hingga pada suatu titik ia menunjuk, “Di sana ... adalah rumah si brengsek itu… Brengsek, kau brengsek… paling brengsek”
Jo Gook berdiri mematung di halaman rumahnya memikirkan Mi Rae, ia menoleh saat mendengar pintu terbuka. Ibunya Jo Gook keluar dengan secangkir teh di tangan. Ibu berkomentar soal Jo Gook yang berdiri dengan tampang menyedihkan.
“Bagaimana dengan kau, ibu?”
“aku? Hidupku ditakdirkan menyedihkan… Pergilah, aku tidak suka kau di sini.” Si mama ini suka menyendiri malem-malaem.
Jo Gook hendak beranjak, tapi ia teringat soal Bb yang menanyakan keadaan ibunya.
“Kenapa kau tidak memberitahu dia aku sudah mati? Mulai sekarang katakan saja aku sudah mati. Menjalani hidup seperti mayat dan pada akhirnya akan mati juga.” Jawab mama dengan nada cepat dan agak tinggi..
“Apakah kau masih membencinya?” tanya Jo Gook lagi.
Mama tak menutupi kebenciannya. Terlebih ia juga mulai membenci Jo Gook yang 10 bulan di kandungnya tapi kini malah lebih mirip ayahnya itu.
“Jika aku melawannya, apa Ibu keberatan?”
Ibu Jo Gook kaget, ia menoleh pada Jo Gook, “Bukankah kalian berdua selalu bersama-sama? Apa dia sekarang menyulitkanmu juga?”. Ibu tahu ia tak boleh menanam kebecian Jo Gook pada ayahnya, tapi ia juga tahu Jo Gook sudah dewasa dan bisa menentukan mana yang baik untuk dirinya. Jadi ia berusaha netral dengan mengatakan bahwa Jo Gook harus memutuskan hidupnya sendiri. “Nasib kami telah lama berakhir… Kau tidak harus meminta izinku”
Hari masih gelap, gerbang City Hall baru saja di buka, tapi Mi Rae sudah datang membawakan sekotak susu untuk para penjaga. Mi Rae masuk ke ruangannya dan menemukan Jung Do yang masih selimutan di kursi. Keduanya sama-sama kaget.
*^^*

4 komentar:

Irfa mengatakan...

Thanks banget mbak Ai,,,
akhirnya tau juga apa isi surat kontraknya,, wkwkwkwk,,
pas nonton transletnya kacau balau,, bekali2 diulang pun kagak ngerti,, heehehehe,,

Udah menduga sih,, pasti isinya tentang Jo Guk yang ingin mendominasi Mi Rae, tapi nggak sangka separah itu,, hahaha..

pemilik sah?? maksudnya dirinya yah?? hohoho,,,

ai mengatakan...

hehe, aku juiga gak yakin ma translate-anku... kalo rada2 ngaco, harap di maklumi ajah, haha...

Pemilik Syah= Jo Gook ..

andai ada politisi sekharismatik Jo gook.... aaaahhh makin naksir CSW

Irfa mengatakan...

setuju mbak,, Jo Gook kharismatik banget,,

setelah nonton City Hall,, sedikit tertarik sama dunia politik,, tapi sayang di Indonesia gak ada politikus kayak Jo Gook (dikoreanya juga belum tentu ada denk,, hahaha..)

Cha Ajussi emang daebak ya mbak ai,, bersyukur banget bisa nemu drama City Hall dan ketemu Ajussi satu ini,,

ai mengatakan...

Haha, iya... belum pernah liat politikus yang sekharismatik dan sekeren Jo Gook.. andaikan ada... #ngeces duluan, wkwkwk..

Drama ini adalah drama yang membuatku tersepona sama akang Cha...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...