*^^*Sinopsis Thank You episode 10 Part 2*^^*
Sepanjang jalan menuju Taman Bermain Seoul, Bom main reporter-reporteran. Seok Hyun melihatnya melalui kaca sambil tersenyum. Ia mematikan ponselnya saat melihat ibunya yang menelpon.Ibu Seok Hyun ngedumel karena Seok Hyun tak mengangkat telponnya, sementara Eun Hee baru membaca sms dari Seok Hyun. Ibu Seok Hyun menghibur Eun Hee dengan mengatakan kalau Seok Hyun ingin Eun Hee istirahat lebih lama. Mirip dengan ayahnya dulu yang selalu memperhatikan wanitanya. Tapi bagi Eun Hee justru Seok Hyun sedang melarikan diri.
Ibu Seok Hyun bingung, “Dia tidak merampok bank atau terlibat perkelahian, mengapa ia harus melarikan diri?”
“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan, Ibu… Bom ...”
“Apa yang salah dengan Bom? Mengapa kau tiba-tiba membicarakan Bom?” Ibu Seok Hyun mulai panik. Untung nenek Chang Ja datang.
Sayangnya nenek Chang Ja yang dalam keadaan mabuk, datang untuk mengomeli Ibu Seok Hyun dan memintanya berhati-hati karena ibu Seok Hyun pasti akan di sambar petir. “Gu Ja, sisa hari-hari kita tidak cukup untuk menebus kejahatan yang telah kita lakukan… Tolong berhenti sekarang… sepertinya seluruh Korea Selatan telah meninggalkan mereka. Kau tidak seharusnya seperti itu juga… Bom kami... Bom Kami yang menyedihkan...”
Eun Hee kaget, ternyata yang menjadi topik adalah Bom, Ibu Seok Hyun buru-buru menyumpal Nenek Chang Ja dengan bolu untuk membuatnya diam.
Eun Hee mengalah, ia memilih ia yang masuk ke kamar. Ibu Seok Hyun bersiap memukul nenek Chang Ja, sementara yang di ancam malah nantang sambil makan bolunya (haha). Ibu Seok Hyun minta Shim Shim memanggil pak supir untuk mengantar nenek Chung Ja. Nenek chung Ja mengalah, ia akan pulang, tapi ia minta di bungkuskan dulu bolu yang masih hangat, wkwkwkwk.
Ibu Seok Hyun masuk kekamar dimana Eun Hee terlihat sedang membereskan tas pakaiannya. Ibu Seok Hyun belum menyadarinya, ia berceloteh soal bukan hanya AIDS menular, tapi kepikunan juga ternyata bisa menular….
“Apa kau akan kembali ke Seoul?” tanya Ibu Seok Hyun menyadari yang dilakukan Eun Hee.
Eun Hee tak menjawab, ia malah membuat pengakuan mengejutkan kalau ia tidak hamil dan bahkan mungkin takkan pernah bisa hamil.
Ibu Seok Hyun Syok, “Apakah Seok Hyun tahu tentang ini?”
Young Shin dan Gi Seo terlihat di stasiun kereta api. Young Shin menunjukkan foto Bom pada para calon penumpang.
Sementara itu Bom menunggu Seok Hyun yang sedang membeli tiket. Senyum Seok Hyun hilang tatkala melihat Bom menghindari dari bersentuhan dengan orang-orang yang lewat di dekatnya.
Bom kini duduk di kursi taman, Seok Hyun datang membawa jas hujan berwarna kuning. Seok Hyun mengklaim kalau jas itu adalah jas ajaib, dimana kalau Bom memakainya, maka Bom takkan menularkan penyakitnya pada orang lain….
“Mulai sekarang, jangan khawatir tentang orang lain. Tidak peduli siapa pun. Lakukan saja apa pun yang kau inginkan…”
nenek Chung Ja mengunjungi rumah Young Shin, ia kaget melihat pintu di gembok dari luar. Khawatir kalau kakek sudah pindah, nenek menggedor-gedor pintu memanggil kakek.
Yang di panggil sedang asyik menggambar sesuatu di poster.
Walau lega, tak urung Nenek menangis melihat kakek di kunci didalam, ia bertanya apa kakek sudah makan nasi?. Kakek duduk di dekat pintu, ia mengaku sudah makan nasi dari si bodoh (Suster park)..
Nenek ingin memberikan bolu hangat yang di bawanya, ia yakin kakek akan suka, tapi ia tak bisa memberikannya dengan pintu yang terkunci.
“Nona Song..”
“Ya, oppa?”
“Jangan menangis. Jangan menangis”
“Ya, aku tidak akan menangis. Siapa yang menangis?” Nenek lalu meratapi nasib kakek dan dirinya kini mirip Paralel ke-38 (Garis lintang 38º di tentukan sebagai garis batas antara Korea – Yang menentukan bukan pihak korea sendiri melainkan intervensi asing = baca= Sekutu. Uni Sovyet menjadi ‘pelindung’ Korut, dan Amerika menjadi pelindung Korsel. ). baca info wiki - http://id.wikipedia.org/wiki/38_derajat_lintang_utara ).
Kakek tadinya ingin memberi choco pie untuk menghibur nenek yang masih saja menangis, karena pintu tak bisa dibuka, kakekpun memainkan accordionnya. Ah, sedih…
Anaknya Nenek, datang, ia langsung memaksa dan memanggul nenek pulang. Sementara di dalam kakek masih memainkan Accordionnya.
Gi Seo dan Young Shin masih mencari Bom, mereka mencari pemukiman sekitaran rel. Young Shin melihat kursi merah di pinggiran rel, ia ingat saat mencari kakek dulu, Bom kelelahan dan duduk di kursi itu, Young Shin mulai menangis. Gi Seo mendekati Young Shin, ia mengulurkan tangan membantu Young Shin berdiri.
Mereka lalu mencari ke terminal bis, bahkan pasar dan pelabuhan. Gi Seo berlari cepat ke seorang anak berbaju pink yang mengendong boneka besar. Sayangnya anak itu bukanlah Bom.
Yang di cari-cari malah sedang menikmati harinya, Bom benar-benar bersenang-senang di taman bermain. Dengan Jas hujan warna kuning tentunya…
Young Shin akhirnya ambruk saat mencari Bom di sebuah taman.
“Apa kau masih ingin bertahan? Jika seperti ini, kau akan mati. Jika kita tidak menemukan Bom, kau bisa mati, Ibu… “
Gi Seo sudah menyelimuti Young Shin, tapi Young Shin masih nampak kedinginan.
“Kau bukan seorang wanita, kan, Ahjumma?.. Aku juga bukan seorang pria..” Gi Seo lalu memeluk Young Shin untuk membagi kehangatan dari tubuhnya.. Ckckck, jujur kalimat ini bikin aku ngakak. Sambil memeluk Young Shin, Gi Seo menelpon dr. Oh untuk menyiapkan obat-obatan untuk Young Shin.
Seok Hyun mengajak Bom makan burger. Bom menikmati burgernya dan ia bangga bisa merasakan burger berlapis-lapis seperti yang di ceritakan Yong Joo (keponakan Seok Hyun) dulu. Seperti dulu Yong Joo pamer, ia juga akan pamer pada Yong Joo.
Seok Hyun tersenyum, ia mengingatkan Bom untuk makan pelan-pelan dan membantu menyeka mulutnya yang belepotan.
“Bom, Apa kau tahu kalau akulah Samchung tercerdas di Pureun?” Tanya Seok Hyun. Bom mengangguk setuju.
Seok Hyun setengah berbisik memberitahu Bom bahwa memegang tangan, belajar, atau makan bersama tidak akan membuat AIDS menular. “Jadi jangan khawatir kau menularkannya kepada orang lain… Mengapa kau mesti khawatir tentang orang lain? Tidak apa-apa untuk hanya memikirkan diri sendiri… Kau harus lebih egois…. egois…”
“Apa itu egois?”
“Menjadi bodoh, ditindas setiap hari, selalu memberikan sesuatu, dan memberikan segalanya bagi orang lain ... Jangan hidup seperti itu… Memiliki satu orang bodoh seperti ibumu sudah cukup… Mengapa kau harus seperti dia?”
“Apa ibuku bodoh?” hahah
Seok Hyun gelagapan, “Tidak, Paman hanya terbawa suasana.. .Ibumu tidak bodoh. Ibumu adalah orang yang sangat baik hati dan lembut. Kamu sangat mirip ibumu…. Makanlah…”
“Ibuku bilang aku seperti ayahku… Ibuku mengatakan bahwa "anak ini telah berjuang untuk dirinya sendiri…. Kau begitu penuh kasih sayang dan baik, bagaimana kau melakukannya?.... Itu karena kau mirip ayahmu, maka kau seperti ini...".. Itulah yang kata ibuku terakhir kali saat aku mau tidur..”
Kata-kata yang membuat Seok Hyun membeku…
Seok Hyun menyalurkan tangisnya di depan wastafel. Mungkin ia memikirkan betapa Young Shin tetap memunculkan image tentang ayah yang luar biasa baik, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Tangis penyesalan?? Sepertinya…….
Gi Seo membaringkan Young Shin dan kakek bersebelahan. Saat ia hendak keluar, terdengar suara dering ponsel. Penasaran, ia pun mencari si sumber suara yang ternyata ia temukan di dalam lemari.
Seok Hyun yang menelpon, ia memberitahu kalau ia masih mau menemani Bom sehari lagi sebelum mengantarnya pulang. Karena Bom katanya ingin naik feri juga ke Mall.
“Mengapa? Mengapa kau bersama Bom?” Gi Seo yang salah paham emosinya mulai naik.
“Min Gi Seo?”
“Apa kau tahu bagaimana keadaan ibunya Bom saat ini?”
“Biarkan aku bicara dengan Young Shin…”
“Di mana kau? Aku akan datang dan mengambil Bom langsung, di mana ...??”
“Biarkan aku bicara dengan Young SHin!”
“Dimana kau brengsek?”
“Seoul, tolong berikan ponselnya pada Young Shin..”
“Seoul?”
“Aku bilang, berikan ponselnya pada Young Shin.!!.”
“Seoul, oke….. Aku akan ke sana segera. Diam disana dan jangan kemana-mana!” Gi Seo menutup telponnya dan segera berangkat.
Seok Hyun terpekur, apakah ia patah hati? Mungkin…………
Dalam perjalanan, Gi Seo minta sekertaris Kim untuk memberikan alamat Choi Seok Hyun di Seoul.
Seok Hyun membawa Bom ke apartemennya dan menemaninya tidur. Sepertinya ia ingin membayar semua wamtunya yang hilang......
Seok Hyun membawa Bom ke apartemennya dan menemaninya tidur. Sepertinya ia ingin membayar semua wamtunya yang hilang......
Eun Hee sudah sampai di depan apartemen Seok Hyun, ia merenung mengingat perkataan ibu Seok Hyun tadi, “Jangan bilang Seok Hyun apa yang baru saja kau katakan padaku..”
“Bagaimana aku bisa melakukan itu, Ibu?”
“Apa kau ingin mengakhiri hubunganmu Seok Hyun? Apa kau ingin ini berakhir?... Aku takkan menendangmu hanya karena kau tak bisa punya anak. Jangan katakan apa-apa…. Aku akan mati sebelum kau dan Seok Hyun putus, aku akan menggigit lidahku sampai mati di depanmu!”
Eun Hee benar-benar galau, apalagi ponsel Seok Hyun mati. Ia tak tahu kalau ada orang lain yang parkir di depan apartemen Seok Hyun juga, Gi Seo.
Seok Hyun terbangun mendengar belnya berbunyi. Ia sempat bimbang untuk membukakan pintu atau tidak, saat tahu yang datang itu Gi Seo.
Gi Seo langsung masuk saat pintu dibuka, ia mencari dimana Bom berada dan langsung menggendongnya saat menemukannya. Gi Seo sama sekali tak menghiraukan Seok Hyun. Hingga kini Seok Hyun menghalangi jalannya.
“Siapa kau… Apa arti Young Shin dan Bom bagimu?” tanya Seok Hyun
“Lalu siapa kau bagi Bom?.. Jika kau memberitahu ibu Bom tentang hal ini dengan jelas maka aku akan meninggalkan Bom di sini dan aku akan pergi….”
Eun Hee masuk, ia kaget melihat apa yang di lihatnya.
“Siapa kau bagi Bom?” Tanya Gi Seo lagi.
“Appa………………..” Jawab bom, semua kaget dan menatap pada Bom.
Yang di tatap masih terpejam di gendongan Gi Seo, “Appa….. hehe.. Appa….” Bom yang sedang mengigau, seolah mewakili jawaban Seok Hyun……………
6 komentar:
T ai udah ntn berpa kali juga sedih,bacanya juga tetep mengharu biru.mksh bnyk ya sinopnya
Icha
appa....boom memanggil seperti itu terasa nyaman di gendongnnya giseoo, bukan krn habis bersenang -senang dengan seok hyunn (berharapnya begitu)...
mb ai, gomawo, sinopsisnya, ditunggu kelanjutannya ^_^,
wah epi selanjutnya gilirannya apni ya....
@Icha... heuheuheu... mengharu biru.... awas jadi biru semua, haha///
@Nevi... tapi menurutku sih lebih karena Bom merasa ia bersenang-senang dengan sosok ayah.. iya merindukan sosok ayah, siapapun itu.... bisa jadi iu juga alasana Bom lengket sama Gi Seo...
udah baca berkali-kali selalu tetep miriiiss :(( g ada bosen² ama ini drama :((
Sinopsisnya sgt bagus... Tapi menurut ku bom memanggil appa... lebih ditujukan kepada "siapa" yang bersedia mengambil tanggung menjadi "appa" nya...(sorry kalo salah...) thx sinopsisnya
@anonim 1, jangan bosen juga main ke cikurngora yaaa ^^
@anonim2, bisa jadi^^ weh, malah terlalu dalam itu analisanya, haha.. aku malah ga kepikir sampe situ..
Posting Komentar