Selasa, 11 Oktober 2011

[Sinopsis] The City Hall -- Episode 13 part 2/2

Ahaaaa, senjata untuk mengalahkan para pria berkeluarga adalaaaaaaaaaaaaaaah PARA ISTRINYA!!
Haha, Mi Rae pun mengundang mereka berkumpul, dengan berurai air mata ia mulai menceritakan kronologis sesuai versinya, dan cara ini berhasil membuat para istri terbirit-birit mencari suaminya masing-masing!!
 
Dengan beragam cara mereka mengintimidasi para suami untuk kembali bekerja… Esok harinya tampak para kepala biro yang kelelahan secara fisik dan mental di City Hall. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, walikota memanggil mereka…

“Aku ingin mempersilahkan semuanya duduk, tetapi masalah ini dapat diselesaikan hanya dalam beberapa kata…. Jadi tolong, semua orang berdiri dan dengarkan aku… “
Kepala Ji tersenyum senang mengira mereka mendapatkan hal yang mereka inginkan, “Tampaknya kau sudah mempertimbangkan pengunduran diri kami”
“Ya, aku membuat keputusan yang sangat cepat… Selain itu, posisi Direksi Biro tidak boleh kosong terlalu lama… Aku sudah memutuskan untuk menerima pengunduran diri kalian semua…”. Senyum langsung hilang dari wajah kepala Ji, kekhawatiran kini mendominasi wajah para kepala biro.

Mi rae melanjutkan kata-katanya, “Kalian semua telah bekerja sangat keras selama ini…. Terima kasih” Kepala Byun mencoba mengungkap kekhawatirannya, namun melihat kepala Ji, niatnya urung. Kepala Ji berusaha tegar, ia menggertak soal kemungkinan lumpuhnya administrasi City Hall karena kosongnya posisi kepala Biro..
Dan Mi Rae sudah punya jawabannya, ia memanggil masuk 7 orang staf yang dulu bawahannya para kepala Biro untuk menjadi Kepala Biro yang baru. Mi Rae mempersilahkan mereka untuk langsung bekerja.
Wew, para kepala Biro tersudut, tapi tetep kepala Ji tak gentar, ia kini bahkan mengeluarkan ancamannya, “Kau, Jangan berlebihan… Posisi kami permanen sampai pensiun, namun walikota hanyalah tamu jangka pendek dibandingkan dengan kami… Dengan hanya dua tahun sebagai walikota, situasinya akan berubah… Kau seharusnya tak membuat masalah di tempat kecil seperti ini”.
Hoho, Mi Rae pun tak gentar, ia menjawab ancaman Kepala Ji sebagai tantangan, “Aku takut kau salah pemikiran… Aku tidak mengambil posisi ini untuk menjadi tamu jangka pendek saja… Semua walikota sebelumnya terlibat dalam politik (baca=berkuasa demi politik atau mencari kekuasaan lewat politik), tapi aku ingin bekerja di pemerintahan kota… Oleh karena itu, aku tidak takut pada kalian.. Satu-satunya orang yang aku takuti adalah penduduk Kota Inju yang memilihku”

Mi Rae juga menambahkan ia tak bekerja sama dengan partai politik manapun, jadi ia takkan terpengaruh oleh partai. Ia juga punya ide yang akan ia terapkan di pemerintahannya, tak hanya dua tahun… mungkin empat tahun setelahnya, atau empat tahun setelahnya lagi. Kali ini Mi Rae yang mencontek kata-kata Jo Gook.. “Aku akan terus memegang posisi ini. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk tamu. Oleh karena itu, mari kita tidak bersikap kasar satu sama lain… Aku juga punya target baru, aku akan mengingat penghinaan yang kudapat hari ini, tapi dalam pemilihan berikutnya, aku harus memperoleh dukungan dari kalian semua…. Oleh karena itu, kemana pun kalian pergi, harap nilai kinerjaku, perhatikan apa aku melakukannya dengan baik atau tidak".
Mi Rae kini menang, gantian trio balaikota yang kelabakan. Mereka sama-sekali tak menyangka Mi Rae bisa setangguh ini. Jung Do datang, ia tak habis pikir teman-temannya tak juga sadar, ia mengingatkan teman-temannya soal kebanggaan mereka saat disumpah sebagai pegawai negri. Bagaimanapun mereka dan Mi Rae telah 7 tahun bekerja bersama di balaikota, tak inginkah mereka mendukungnya saat Mi Rae menjadi walikota alih-alih menghakiminya? Kepala Ji membela diri, ia menyalahkan Mi Rae yang memilih membatalkan relokasi balaikota yang bisa membuatnya di kerubuti para pemilik tanah. Lagi pula kenapa Jung Do tak mendukung mereka yang bahkan telah 40 tahun berteman?. Jung Do tahu tak ada gunanya mendebat teman-temannya lagi, ia memlih pergi.
Sementara itu, Joo Hwa rapat bertiga dengan wakil walikota dan sekertaris Park. Ia sudah mempersiapkan agenda untuk pemilu kongres, dimana Gubernur Yoon dan Jo Gook akan ikut serta yang berarti mereka akan jadi rival Boo Jung Han anggota kongres yang kini maju lagi dalam pemilu. Joo Hwa dengan bangga memberitahu motto kampanyenya, ‘Mantan pejabat adalah penguasa yang bijaksana’.

Sekertaris Park tak terlalu antusias, ia lebih mengkhawatirkan soal batalnya relokasi balaikota, tapi Joo Hwa sudah punya solusinya; ‘pasang bel di leher kucing = ajak Mi Rae ke partai mereka’. Joo Hwa yakin kekeraskepalaannya Mi Rae akan luluh saat ia merasa menyedihkan karena tak ada satupun partai yang mendukungnya lewat masalah dengan para pemilik lahan.
Para kandidat pemilu kongres telah diumumkan, Jo Gook juga mengamati mereka. Ada Boo Jung Han yang di dukung Joo Hwa, JoGook yakin anggota kongres Boo takkan menang 3 kali berturut-turut, karena itu ia harus mewaspadai kecurangan yang mungkin akan dilakukan.
Lalu ada Kim shil Cheon, yang tempo hari didiskualifikasi dari calon walikota karena membayar deposit dengan cek kosong. Kali ini ia membayar cash, jadi aman.
Lalu Juni Jin yang juga sempat masuk 3 besar di pemilu walikota, tapi Jo Gook tak terlalu memperhitungkannya.
Sementara mantan Gubernur yoon yang menjadi kandidat dari partai pemurnian adalah lawan yang paling di harapkan Jo Gook menjadi lawan. Setelah dua kali mengecewakan partai itu (membuat tuan Ahn yang kandidat walikota dari partai pemurnian mundur dari pemilu, dan Jo Gook menolak menjadi kandidat anggota kongres dari partai pemurnian), ia akan merebut simpati petinggi partai dengan mengalahkan Gubernur Yoon.
Ia harus mengubah sudut pandang partai Pemurnian yang menganggapnya pengacau menjadi potensi investasi. Bagaimanapun, walau ia masuk kongres secara independen, ia tetap butuh partai untuk bertahan. Ckckck, ribetnyo politik ituuuu…
Jo Gook menanti tim suksesinya yang tak kunjung datang, ia menolak tawaran Soo In karena pasti Soo In akan memakai tim suksesi yang high class. Bagi Jo Gook, tim suksesi juga harus cocok dengan lingkungan. Dengan kata lain, Inju kampungan gitu? Ckckck.
Soo In menganga shock, saat orang-orang yang ditunggu Jo Gook masuk. Ia tak menyangka orang-orang itu adalah tim suksesi Mi Rae dulu (baca = teman-teman Mi Rae).
Jo Gook menyambut tamu-tamunya dengan keramahan dan semangat… Dengan berat hati Soo In ikut bertepuk tangan, wkwkwk.
Poster para kandidat telah dipasang di banyak tempat umum. Mi Rae yang baru turun dari bus tertarik untuk melihatnya. Ia sempat terkikik melihat kandidt nomor 4 yang menganggapnya sebagai copiannya Mi Rae, tapi kemudian matanya mulai melembut saat melihat poster nomor 5. ‘Pemimpin politik muda yang cool…. Menggunakan hati yang tulus untuk mengubah kehidupan warga bangsa ini’.
Disusurinya alis Jo Gook dan dengan iseng tangannya mencolok bagian lubang hidung. “Apa aku begitu tampan hingga kau tak bisa mengalihkan matamu?” sebuah suara refleks membuat Mi Rae menoleh.

Jo Gook kumat narsisnya, “ini poster atau buku foto? Banyak orang pasti membawa pulang poster ini… Apa aku perlu mencetak sepuluh ribu lagi?”
Mi Rae membela diri, “Aku tak melihatnya karena bagusnya… Hanya aneh karena nomormu sama sepertiku, Calon Nomor 5.”
“Benarkah? Aku tidak terlalu suka jadi kandidat Nomor 5… Juara pertama di sekolah dan atletik, aku selalu di tempat pertama.”
Mi Rae heran karena banyak orang yang tak menyukai angka 5, padahal angka 5 (di lafalkan Oh dalam bahasa korea) banyak di jadikan awalan banyak kata, ia mencontohkan beberapa judul manga yang bersuku kata dari Oh, juga lima jari tangan, lima jari kaki, bahkan Oh-pa (=Oppa).
“Bagaimana kau bisa memanggilku ‘Oppa’? Harusnya ‘Hyung’!!”.. Hyung biasa panggilan cowok ke cowok yang lebih tua, tapi wanita pun akan memanggil sunbae atau Hyung pada seniornya. (Jadi inget Ji Min yang manggil Min Gi Seo sebagai Hyung, bukan Oppa).
Percakapan mereka teralihkan saat seorang petugas mencopot poster no.5 milik Tuan Kim. Kali ini tak ada masalah dengan uang deposit pemilu, yang jadi masalah karena ternyata jumlah tanda tangan dukungannya hanya 299 dari 300 syarat minimum.
“Ooh, ini adalah awal yang cukup bagus… “ Sama seperti kasus Mi Rae dulu, Jo Gook sudah siap bertoss ria.
Tapi tangannya meleset karena Mi Rae batal mengangkat tangan teringat kenapa jo Gook ada disana. Haha, komikal banget.
“Apa mungkin kau menungguku?”
“Bisa di bilang begitu. Aku memprediksi bahwa kau sudah off. Di tempat kecil seperti ini, tak sulit untuk menemukan seorang wanita besar. (Mi Rae mendelik di katain ‘besar’).. Plus, aku punya sesuatu untuk di bicarakan denganmu”.
Mi Rae ikut ke kamar hotelnya Jo Gook. Ia terheran-heran melihat banyak berkas berserakan disana.
Jo Gook menangguhkan jawabannya, ia terlebih dahulu meminta jawaban dari Mi Rae, “Mengapa kau ingin membatalkan proyek relokasi City Hall?” Ternyata itu alasan Jo Gook menemui Mi Rae, Mi Rae dengan jujur memberi tahu bahwa bahkan sedari ia masih sekertaris walikota dulu, ia sudah tahu kalau proyek itu hanyalah ajang pamer kekuasaan walikota Go. Menurutnya kalau memang ruangan masih kurang, maka hanya perlu menambahkan lantai di gedung yang sekarang.
“Kadang-kadang perlu juga walikota melakukan kebijakan hanya untuk ajang pamer.. . Setelah yang kukatakan tadi, apa kau masih mau membatalkannya?”
“Seorang Walikota menghabiskan ₩ 200 juta dalam sekali napas hanya untuk pamer? Apa ini benar?”
“Terus terang, apa yang kau lakukan juga hanya pamer… Kau mendapatkan pujian dari warga biasa, tapi mereka bukan satu-satunya kelas orang-orang di kota Inju.”
“Tapi ...”
Jo Gook memotong Mi Rae, saat ini para Kepala Biro menganggap Mi Rae walikota bodoh… ditambah bekerja keras dan hati yang tulus (yang sama sekali tak cocok untuk kancah politik), makin lengkaplah alasan Mi Rae untuk di benci. Di sini Jo Gook mencoba membuat Mi Rae faham, bahwa tak semua orang dapat mengerti niat baiknya Mi Rae. Mi Rae terdiam, ia sepertinya tahu kebenaran kata-kata Jo Gook.

Jo Gook mengaku semalaman tak tidur untuk mencari tahu informasi proyek relokasi City Hall. Mencoba menemukan kesalahan, yang memungkinkan hukum membatalkannya. Sayangnya ia tak menemukannya, jadi Mi Rae tak bisa membatalkannya. Tapi masih ada celah untuk mencari kesalahan lewat dokumen yang berhubungan dengan prosedur. Tapi kemungkinan itu kecil sekali karena para kepala Biro sudah mempersiapkannya selama satu tahun. Atau dengan cara lain lagi, yaitu mencegah Dewan Kota menyetujui anggaran proyek itu minggu depan. Ini juga sulit, karena proposalnya hampir final.

“Jadi yang harus kulakukan adalah mencegah mereka melakukan rapat? bagaimana kalu menculik Ketua Kang?” Jo Gook ngabalieur, haha, ia kesal dengan ide bodoh Mi Rae. Ada lagi cara lain, jika anggaran telah di setujui dewan, Mi Rae bisa saja membeli tanah namun tak menandatangani tagihannya. Tapi memakai cara ini berarti bahwa Mi Rae takkan bisa menangani dan melaksanakan kebijakan pemerintahannya.

“Tak bisakah kau menutup mata dan membiarkan proyek itu berjalan?.. Jika City Hall tidak di relokasi, sesuatu yang bahkan lebih buruk mungkin akan datang padamu, dan akan lebih sulit untuk menyelesaikannya”.
 “Apa ... maksudnya?”
“hanya itu yang dapat kuberitahu…” Jelas Jo Gook tak mau memberitahu Mi Rae soal BB, tapi ia juga mengkhawatirkan Mi Rae. Untuk saat ini hanya itu yang bisa ia lakukan.
Go Hae menemui BB, ia membela Jo Gook dan meminta BB memaafkan Jo Gook. Pembahasan beralih pada tanah yang dilihat Go Hae, ia meninjau tiga lokasi yang salah satunya akan di jadikan relokasi City Hall.
Go Hae ingin tahu peruntukan tanah yang ia lihat di Inju, “Apa mungkin tanah untuk pabrik?”
“Bagaimana kau bisa tahu?.. Apa Presdir Go yang comel, atau memang putrinya yang terlalu jeli?”
Go Hae tak terlalu senang dengan tanggapan BB kali ini.
Rencana Joo Hwa pun terlaksana, para pemilik tanah membuat keributan dan menyerang Mi Rae. Boo Mi berusaha membantu Mi Rae, tapi ia kalah jumlah. Tak berapa lama masuk para mantan kepala biro menenangkan para pemilik lahan yang mereka kenal baik. Setelah semua pergi, tersisa Kepala Ji dengan senyum sinis tersirat di wajahnya.
“Aku tak pernah berpikir kau akan berbuat sejauh ini”.
“Bukan aku, tapi sebaliknya, itu kau, Walikota, yang telah mengubah City Hall ke pasar petani… Apa kau pikir City Hall itu proyek relokasi yang berhubungan dengan beberapa orang-orang kecil?”
“Aku mencoba untuk tidak membuang buang banyak uang anggaran. Aku ingin menggunakan uang itu untuk hal yang lebih bermakna!”
“Semua karena kata-kata walikota bodoh kami, apa pantas kerja keras seratus orang lebih karyawan City Hall di buang begitu saja?.. Seekor phoenix telah diterbangkan keluar dari kandang ayam. Dan sekarang kau phoenix itu hendak menghancurkan kandang ayam dengan sebuah batu besar?”

“Aku bisa memaafkanmu yang tidak mengerti ketulusanku. Tapi tolong jangan memutarbalikkannya… Tolong jangan paksa aku untuk menjadi seorang perempuan setan!.. Aku sudah tahu dengan baik semua pendapatmu… Aku juga tidak ingin menahannya lagi..” Mi Rae lalu dengan tegas minta Boo Mi memanggil HRD untuk mempersiapkan kompensasi pensiun para Kepala Biro. Ia juga minta semua dokumen yang berhubungan dengan proyek relokasi City Hall dari semua departemen. Jika ada yang tak mau memberikannya, ia tak segan menggunakan kekerasan….
Tak berapa lama, deretan tumpukan berkaspun diantar ke meja Mi Rae. Boo Mi mencemaskan Mi Rae yang akan membaca berkas itu satu persatu. Mi Rae meyakinkan Boo Mi bahwa itu adalah ujian kemampuan personalnya, jadi Boo Mi tak usah cemas, juga ia minta agar tak diganggu. Kalau sudah waktunya pulang nanti, Boo Mi pulang saja tak usah menghiraukannya, juga jangan sampai Jung Do tahu.
Sementara itu Jo Gook tengah berkampanye, ia menggunakan ketampanannya untuk bernarsis ria, berpose saat para pendukung dan wartawan mengambil gambarnya. Haha, teman-teman Mi rae terlihat jengkel melihat narsisnya Jo Gook. Jo Gook menyalami para pendukungnya satu persatu, ia menengadah saat salah satu yang mendekatinya tak membalas uluran tangannya. Jung Do yang datang. Jung Do tak mau menjabat tangan Jo Gook karena menurutnya PNS itu harus netral dalam politik. Ia hanya kebetulan lewat saja.

“Bagaimana City Hall?” Jo Gook nanya City Hall, tapi kita semua tahu yang ingin Jo Gook tahu itu kabarnya Mi Rae.
“Gonjang ganjing… Bukankah gaya Walikota kita itu seperti kembang api?.. Aku keluar hari ini untuk pergi ke beberapa event mewakili walikota. Aku harus kembali sebelum ada masalah lain yang muncul hari ini.”
“Apa pikiranmu sama seperti Walikota Shin?”
“Bagian yang mana?”
“Membatalkan proyek relokasi City Hall..”
“Ya, tetapi tampaknya Calon Nomor 5 tidak setuju…”
“Ya. Bisakah kau membantu menghentikannya, tanpa bertanya mengapa?”
Jung Do terdiam sejenak, “Ada sesuatu yang sangat ku ingin tahu… Mengapa Kota Inju?.. Kau mengorbankan tempat lain yang lebih hebat dan memilih Kota Inju... Karena ini adalah kota asalmu, atau karena tujuan lain?”

Mi Rae asyik memeriksa dokumen, ia tak mengindahkan ponselnya yang mendapat panggilan dari anjing kampung bodoh(??), ckckck.
Jo Gook resah…. Ia mengirim sms, dan berkali-kali mengirim pesan suara yang intinya ia sangat khawatir…
Ia bahkan mendatangi rumah Mi Rae dan makin resah saat tak melihat sepedanya mi Rae. Di buat dengan penuh cinta oleh cikurngora.blogspot.com untuk CSW, makanya jangan heran kalo gambarnya banyak, kekekek.

Mi Rae mendatangi tepi laut tempat ia pernah berkeluh kesah, tapi kali ini untuk meluapkan kegembiraannya. Mi Rae bahkan menari-nari saking bahagianya. Tariannya terhenti karena kaget melihat Jo Gook. Serta merta Jo Gook meluapkan kekesalannya, tapi Mi rae tak perduli. Ia ingin membagi kebahagiaannnya, ia minta Jo Gook mengejarnya. Setelah hampir putus asa mencari Mi Rae, Jo Gook tak berselera main-main, ia ngambek kembali ke mobilnya.
Di mobil, Mi Rae dengan antusias menceritakan bagaimana ia menemukan celah di tanda tangan walikota Go. Ternyata walikota Go tak pernah menandatangani proposal anggaran itu, yang menandatanganinya adalah sekertaris Park. Walaupun sekilas mirip tapi Mi Rae jelas tahu perbedaannya.
Mi Rae akhirnya berhenti tertawa, ia tahu Jo Gook sedang merajuk. Mi Rae berjanji takkan pernah lagi mengabaikan telpon dan sms Jo Gook, tapi Jo Gook tetap diam. Mi Rae memasang sabuk pengaman sambil ngegerundel kalau di film biasanya cowok lah yang memasangkannya. Jo Gook menoleh. Mi rae yang mengira Jo Gook tambah marah meralat bahwa tangannya masih bisa di pakai.
Mi rae terperanjat saat Jo Gook melepas beltnya dan merebahkan sandaran kursinya, “apa yang kau lakukan?”
“Apa maksudmu apa yang kulakukan?.. Apa kau lupa tentang kontrak tubuh kita?”
“kau masih memegangnya?” Mi Rae berusaha bangun.
Jo Gook menahan Mi Rae, “Aku masih memegangnya…. Faktanya adalah tubuh ini adalah milikku…. Ini milikku…” Tambah Jo Gook seraya memegang tangan Mi Rae, “Jadi aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan dari sekarang, kan?”
“Apa?”
  tbc to the City Hall 14....

Gl wes bar, DWL wes tak setor... baru deh City Hall,tapi kayaknya masih harus berbagi waktu dengan Pelangidrama.net karena diminta bantu Proteck the Boss... hmmmmmm
-SEMANGATHHHH!!-

3 komentar:

Unknown mengatakan...

horee...keprok2 .....cityy hall lanjut juga ^_^.

DWL nya sudah setor ke PD mbak ai?gomawo ya...aku pembaca setia DWL hiks hiks.

Hmmm....keknya rute nya panjang buat sinop..
fihgting ai ^_^

Anonim mengatakan...

Tumbeen City Hallnya diterusin....he3
Sibuk bgt ya Mb?

ai mengatakan...

@cha Sya, karena DWL gak dibuat 1 orang, jadi ya kudu nunggu yang lain dulu untuk di gabung.. kalo ngerjain sendiri mah bisa langsung posting.. haha, keprok2 juga ah buat ngilangin penat baru nyampoe rumah...

@anonim, sibuk gak sibuk sih, namanya juga sambilan, ya ngerjainnya sesempetnya aja...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...