“Apa rencanamu?” Tanya mi rae
Jo Gook tak menjawab, ia malah memberondong Mi Rae dengan pertanyaan-pertanyaan lain, “Apa kau bertemu dengannya secara langsung?.. Apa yang ia katakan? Apa kau melawan...?”
Mi Rae memotong, “Aku ingin tahu apa yang kau pikirkan. Kau bertemu denganku, dan kau juga akan bertemu dengannya…. Itukah yang kaupikirkan?”
“Aku belum bisa mengatakan apa pun. Aku butuh lebih banyak waktu.”
“waktu untuk apa? Waktu yang diperlukan sampai aku lelah dan terjatuh? (atau) Waktu yang diperlukan sampai dia lemah dan lalu pergi? “
“waktu yang cukup baginya untuk melindungi harga dirinya” Jawaban Jo Gook membuat Mi Rae terdiam, Jo Gook tak memungkiri betapa ia mencintai Mi Rae, ia dengan gamblang menyebutkan beberapa contoh hal gila yang ia lakukan demi menunjukkan cintanya itu. Tapi ia juga tak ingin seperti pria tak berperasaan bagi Go Hae. Jo Gook minta waktu sampai Go hae dengan sukarela bersedia melepaskan Jo Gook atas kemauannya sendiri. Sementara di sisi lain Mi Rae sepertinya mulai merasa bersalah, dan mulai memahami perasaannya Go hae.
“waktu yang cukup baginya untuk melindungi harga dirinya” Jawaban Jo Gook membuat Mi Rae terdiam, Jo Gook tak memungkiri betapa ia mencintai Mi Rae, ia dengan gamblang menyebutkan beberapa contoh hal gila yang ia lakukan demi menunjukkan cintanya itu. Tapi ia juga tak ingin seperti pria tak berperasaan bagi Go Hae. Jo Gook minta waktu sampai Go hae dengan sukarela bersedia melepaskan Jo Gook atas kemauannya sendiri. Sementara di sisi lain Mi Rae sepertinya mulai merasa bersalah, dan mulai memahami perasaannya Go hae.
Sementara itu Jung Do yang merasa bersalah mendatangi rumah ayah mertuanya dan memanggil-manggil Joo Hwa. Tampak sebuket bunga telah di persiapkannya, sayangnya Joo Hwa yang terlanjur sakit hati berusaha tak menggubrisnya. Joo Hwa pun berusaha membalas Mi Rae dengan kesediaannya berkomplot dengan Go Hae.
Dan kini Joo Hwa tengah menunggu BB di kantornya. Keserakahannya muncul, ia tak Cuma ingin di bantu BB untruk mendapat posisi di kantor provinsi, Joo Hwa kini mengincar posisi di Kongres Nasional periode mendatang empat tahun lagi. Joo Hwa yakin ia bisa membantu Go Hae dan BB menyingkirkan Mi Rae dari kursi walikota. Tapi Go Hae punya rencana sendiri, sebelum menyingkirkan Mi Rae, ia punya rencana yang harus di kerjakan Joo Hwa dulu. Menjebloskan kembali Mi Rae di penjara dengan tuduhan berlipat mengenai kecurangan pemilu!!.
Joo Hwa mendatangi ahjuma pemilik toko kelontong dan ahjuma pemilik pembuatan kaos, ia dengan kemahiran kata-katanya mengintimidasi kedua ahjuma untuk menjadi saksi bahakan menyeret keduanya untuk hadir dalam pelaporannya.
Joo Hwa mendatangi ahjuma pemilik toko kelontong dan ahjuma pemilik pembuatan kaos, ia dengan kemahiran kata-katanya mengintimidasi kedua ahjuma untuk menjadi saksi bahakan menyeret keduanya untuk hadir dalam pelaporannya.
Bukan hal yang sulit bagi joo Hwa, kini ada 14 tuduhan yang di tujukan pada Mi Rae! Tuduhan mulai dari kecurangan pemilu, hingga penyalahgunaan dana dan kekuasaan.
Joo Hwa mendatangi Jo Gook dan memamerkan dokumen tuduhan untuk Mi Rae. Ia juga sengaja memamerkan kalau kini ia dan Go Hae berkomplot.
Jo Gook secepat kilat menemui Go Hae. Tanpa bicara Jo Gook menarik Go Hae masuk mobil dan membawanya ke taman. Jo Gook melampiaskan kemarahannya dengan membanting pintu mobil.
Go Hae tersenyum menyindir, sudah lama Jo Gook tak berinisiatif mendatanginya duluan, tapi karena kasus Mi Rae Jo Gook pun muncul.
Go Hae tersenyum menyindir, sudah lama Jo Gook tak berinisiatif mendatanginya duluan, tapi karena kasus Mi Rae Jo Gook pun muncul.
“Apa kau harus melakukan semua ini?” Tanya Jo Gook heran, menurutnya Go Hae terlalu berlebihan.
“Menurutmu, kenapa aku sampai melakukan semua ini?.. “Go Hae malah balik bertanya. Ia kemudian memutuskan akan membiarkan Mi Rae Menjabat jabatannya selama dua tahun. Karena ia tahu Mi Rae tidak salah, menurutnya justru Jo Gooklah yang salah. Gh menyalahkan Jo Gook yang membuat seorang gadis memikirkan sebuah kota kecil sebagai sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya. Karena Jo Gook yang menciptakan kekacauan itu, maka Jo Gook pulalah yang harus membereskannya. Jo Gook harus memilih nasib Mi Rae, apakah Mi Rae akan menjalani masa jabatannya dengan lancar atau sebaliknya.
Jo Gook jujur memberitahu ia memutuskan tidak akan meninggalkan Go Hae duluan, hanya karena tak ingin Go Hae terluka harga dirinya. Ia juga blak-blakan kalau selama ini ia hanya memanfaatkan Go Hae saja.
Go Hae mengaku sudah tahu kalau selama ini Jo Gook tak mencintainya dan hanya memanfaatkannya. Tapi ia bertekad takkan melepas Jo Gook, ia masih punya cara untuk melindungi harga dirinya. Baginya yang terpenting sekarang adalah janji Jo Gook saat Jo Gook masuk Cheong Wa Dae (Istana Preiden) nanti, Go Hae lah yang akan mendampinginya.
“Jika aku tak masuk Cheong Wa Dae, kau akan melepaskan tanganku kemudian, kan?” tantang Jo Gook
“Jika kau tak ke sana, kau akan kemana? Apa kau akan pergi menjenguk Shin Mi Rae di penjara? Kau ingin aku membuat itu terjadi?” Ancam Go Hae
“Ya lakukanlah apapun yang ingin kau lakukan!!”
Jo Gook tak gentar, namun ia terkejut juga saat mendengar kalau ternyata kasus Mi Rae saat ini sedang dalam proses. Dan kemungkinan besar Mi Rae sudah di tangkap. Go Hae juga meyakinkan kalau ia takkan mudah memaafkan Jo Gook walau Jo Gook nantinya akan berlutut memohon padanya.
Dan sesuai yang dikabarkan Go Hae, kantor Mi Rae memang sedang diobrak abrik KPK (haha, anggap saja namanya KPK). Tak satupun dokumen yang luput di periksa.
Boo Mi bingung, ia bertanya pada Jung Do dan Mi Rae tapi tetap tak mendapat jawaban. Jung Do lah yang memberanikan diri bertanya. Kepala penyidik memberitahu kalau Mi Rae telah melanggar aturan pemilu, dan akan ditangkap.
“Yang benar saja… Aku baru saja dari kantor polisi beberapa hari lalu. Kami sudah membereskan kesalahpahaman itu!” Mi Rae tak habis fikir, ia merasa kantor polisi menjadi tempat yang tak asing baginya. Mi Rae minta para penyidik itu memeganginya, ia bisa berjalan sendiri ke kantor polisi. Mi Rae yakin, sama seperti kasus sebelumnya, kasus inipun takkan lama. Ia yakin bisa ikut pertemuan dengan warga nanti malam.
Tapi Mi Rae salah. Tuduhan yang tujukan padanya kali ini lebih berat dan berlapis. Bayangkan saja, tak tanggung-tanggung, ada 14 tuduhan!!. Mi Rae menatap natar meja yang hampir tak terlihat karena kertas berisi tuduhan melawan hukum yang ia lakukan.
Walau remuk melihat beberapa nama orang yang ia kenal ikut melayangkan tuduhan, Mi Rae berusaha tegar. Ia keukeuh menjawab kalau ia tidak melakukan kesalahan apapun.
Jo Gook bergegas menuju kantor penyidik. “Dimana dia? Dimana Walikota Shin?” tanyanya beruntun saat bertemu salah satu pengacara disana yang ia kenal.
“Dia sedang diinterogasi. Bahkan kami tidak bisa menemuinya.”
“Pengacara Kim, kumohon padamu. Aku hanya ingin melihat wajahnya! Beri aku waktu lima menit saja. Sebagai pengacaranya, Kau tidak bisa mewujudkannya?”
“Tidak bisakah kau lihat? Ini adalah kasus yang ditargetkan… ia target…. Seseorang sengaja mengaturnya… Apa dia Walikotamu? Jika kasus ini sampai ke media, karier politiknya selesai… Dia digeledah dan disita, terdapat bukti-bukti yang luar biasa. Ini pertama kalinya.
“Tidak bisakah kau lihat? Ini adalah kasus yang ditargetkan… ia target…. Seseorang sengaja mengaturnya… Apa dia Walikotamu? Jika kasus ini sampai ke media, karier politiknya selesai… Dia digeledah dan disita, terdapat bukti-bukti yang luar biasa. Ini pertama kalinya.
aku melihat kasus dengan banyak saksi… “ Jelas Pengacara Kim, Jo Gook tahu ‘seseorang’ yang di maksud. Karena ia juga tahu pasti kasus itu merupakan rekayasa. Tapi ia tak mungkin mengatakannya kan? Jo Gook juga bungkam saat ditanya apa hubungannya dengan walikota Shin Mi Rae.
Malam telah datang, Mi Rae secara marathon terus di periksa. Penyidik yang menanyainya telah berganti, cara yang dipakaipun telah diwarnai bentakan dan gebrakan meja. Ia lelah. Tapi ia tahu ia tak boleh menyerah.
Di luar Jo Gook juga tak tenang, berulangkali ia menoleh ke arah pintu utama kantor penyidik, namun bukan Mi Rae yang membuka pintu. Awalnya berdiri di depan pintu, kini ia duduk di depan mobilnya. Jo Gook segelisah dan selelah Mi Rae. Berulang kali ia melirik jam di tangannya.
Jo Gook mengingat jalan yang di tempuh Mi Rae. Mi Rae yang meminta maaf kepada warga Inju karena niat awalnya ikut pemilu hanya demi uangnya Boo Mi kembali. Mi Rae yang tegar berdiri walau di lempari telur saat ia demo atas pemecatannya dari cityhall. Mi Rae yang berkampanye dengan janji yang tidak muluk, hanya janji yang ia yakin ia bisa wujudkan. Mi Rae yang berusaha menjalankan jabatannya dengan baik. Mi Rae yang manja yang ingin punya sepatu pasangan dan bergandengan tangan mesra dengan Jo Gook seperti lazimnya pasangan lain. Makin galaulah Jo Gook.
Mi Rae tak menyerah, tapi sebaliknya Jo Gook lah yang menyerah. Ia yang tak mau melihat mimpi-mimpi Mi Rae dan terutama Mi Rae hancur, menelpon Go Hae. “kau ... menang”
“Sepertinya begitu… Bb telah menunggu lama, temui beliau besok. Jangan khawatir tentang Shin Mi Rae, aku akan mengurusnya.”
Sesuai janji Go Hae, Mi Rae paginya di lepaskan. Ia yang keluar dengan wajah pucat ibarat mayat hidup. Ia melangkah tapi matanya, langkahnya semua tak fokus. Padahal di sampingnya ada Boo Mi dan Jung Do yang menjemputnya dan menanyakan keadaannya.
Diam-diam Jo Gook melihat Mi Rae, tampak genangan air di matanya. Tapi Jo Gook tampak lega, setidaknya Mi Rae kini telah bebas.
Mi Rae sedang menyelidik menatap seisi ruangannya dengan ekor matanya saat Boo Mi menghambur masuk. Boo Mi ingin tahu apa benar Ny. Shin shin pemilik toko pembuat kaus dan Ahjumma Beonyoung pemilik toko kelontong termasuk orang yang bersaksi memberatkan Mi Rae? Bagaimana bisa mereka melakukan itu pada Mi Rae?
Mi Rae diam, pertahanannya jebol. Ia merosot duduk di lantai dan mulai menangis sesegukan.
Malamnya Mi Rae pulang dengan mengayuh sepedanya. Saat ia lewat, lampu jalan yang tadinya mati tiba-tiba menyala. Mi Rae menepi untuk mematikannya dan melanjutkan perjalanan. Tapi kemudian lampu lain di depannya menyala. Mi Rae mematikannya. Kembali lampu lain di depannya menyala. Mi Rae kembali mematikannya.
Lalu di tiang listrik ke empat lampu tidak menyala, namun Mi Rae mengenali siluet seseorang tengah berdiri disana.
Lalu di tiang listrik ke empat lampu tidak menyala, namun Mi Rae mengenali siluet seseorang tengah berdiri disana.
Lampu kemudian menyala, tampak Jo Gook dengan wajah lelah tengah menatapnya.
“padi butuh tidur untuk pertumbuhan mereka…. “ Kata Mi Rae membuka percakapan.
Mi Rae dan Jo Gook ke taman untuk bicara. Tapi Jo Gook terdiam menundukkan kepala. Mengira Jo Gook marah karena tak menghubungi Jo Gook seharian kemarin, Mi Rae minta maaf.
“Aku mendengar apa yang terjadi” Sahut Jo Gook sambil terus menunduk.
“Tapi aku benar-benar tidak melakukan apa-apa. Jadi aku akan mengajukan gugatan.” Kata-kata Mi Rae ini sukses membuat Jo Gook sedikit mengangkat wajahnya, ia justru terlihat khawatir. Mi Rae tak tahu itu, ia melanjutkan ucapannya, “ Aku tidak bisa membiarkan ini begitu saja, aku takkan diam saja. Akan ku cari siapa yang melakukan ini, dan ku balas mereka dua kalu.. tiga kali…. Tidak, aku akan membalas sepuluh kali lipat!... Jadi, tolong bantu aku”.
Jo Gook awalnya ragu, tapi ia kemudian memantapkan hatinya, “Mengapa harus aku?” Jo Gook menatap Mi Rae, “Kau tahu Rang itu diadopsi, kan? Apa kau tahu mengapa aku mengadopsinya?” Jo Gook lalu menceritakan soal ibunya yang pernah jadi orang tua asuh seorang anak, dan anak itu Rang. Setelah akhirnya memutuskan tak meneruskan menjadi orang tua asuh dan mengembalikan Rang, mama Jo Gook selama satu bulan sakit. Beda sekali dengan dulu saat mama Jo Gook merawat Jo Gook, setiap hari seperti perang. Tapi ketika mengangkat Rang, mama Jo Gook mulai memahami kasih seorang ibu bagi seorang anak.
Jo Gook menjelaskan bahwa mengadopsi Rang sebagai perhitungan keuntungan. Pertama, kehadiran Rang bisa membuat mama Jo Gook berhenti menangis. Kedua, mengadopsi seorang anak akan bagus untuk gambaran Jo Gook yang politisi. Hal yang hebat untuk mengcover statusnya yang single yang bisa menjadi sandungan untuknya meraih ambisi presiden.
“Kau pernah bilang kalau hasil lebih penting daripada proses…. Aku yakin kau akan menjadi
Presiden yang sangat dihormati.”
“Tidak, yang kuinginkan bukanlah seorang Presiden yang dihormati…. Aku tidak ingin orang menghormatiku, aku ingin mereka takut padaku… ‘Absolute otoritas!’ Itu adalah Presiden…
Tapi tampaknya Shin Mi Rae berdiri di depanku, menghalangi masa depanku…”
Mi Rae menatap Jo Gook.
“Kata-katamu itu benar… Kita tidak bisa berada di sisi yang sama.” Kata jo Gook lagi.
Pandangan Mi Rae tak lepas dari Jo Gook, ia terbata bertanya, “Saat ini, apa yang kau ... “
“Maafkan aku” Jo Gook memotongnya, “tapi aku akan kembali ke tempat aku berada”
“Anggota Kongres Jo ...”
“Jangan kalah dariku… . Jangan pernah kalah”.
Jo Gook bergegas pergi, Mi Rae masih mencerna yang barusan di dengarnya. Seolah tersihir ia hanya bisa menatap punggung Jo Gook, dan terus memikirkan kata-kata Jo Gook. Tanpa Mi Rae tahu Jo Gook sebenarnya pergi sambil menahan tangis.
“tunggu sebentar…. Tunggu sebentar! Tunggu sebentar!” Mi Rae berusaha membuka pintu mobil Jo Gook. Tapi Jo Gook seolah tak perduli segera tancap gas. Mi Rae berlari mengejar sambil terus berteriak minta Jo Gook menunggunya.
Jo Gook melirik ke spion dan melihat Mi Rae yang mengejarnya. Tapi ia tahu ia tak bisa berhenti…..
Mi Rae yang tak sanggup menyamai kecepatan mobil Jo Gook terus berlari ke kantornya Jo Gook, berharap Jo Gook kesana. Namun hanya ada Soo In yang menyambutnya.
“Kongres Jo ... Kongres Jo tidak ada di sini? Kongres Jo ... mana dia?” tanya Mi Rae terengah-engah dengan keringat bercucuran.
Soo In menjawab kalau Jo Gook sedang mengurus beberapa hal, tapi akan segera kembali. Soo In mempersilahkan Mi Rae duduk dan menanyakan keperluannya.
“Dimana dia? Kemana dia pergi?”
Jo Gook memang tak ke kantornya, tapi ia menemui BB.
Jo Gook menggertakkan rahangnya, ia perlahan mulai berlutut, “Aku…. mengaku kalah. Aku mohon Anda tidak menyentuh orang itu lagi… Tolong… Dia punya banyak mimpi. Agar ia bisa merealisasikannya, tolong tinggalkan ia sendiri………….”
Jo Gook mengangkat wajahnya. Tampak air mata disana…..
8 komentar:
melting lagi deh.. setiap kali liat tatapan mata Jo Gook.. apalagi baca sinopsisnya sambil nonton best love episode 15 di Indosiar.. huah.. Cha Ajussi mang keren banget
thx....
@irfa ga sah ikut2an melting deh, cukup aku ajah, wkwkwk *cembokur
@ogisca, sama2 ^^
Matanya CSW sexy.. :))
Indah
@Indah, oh nooooo ada lagi yang terpanah pesonanya akang Cha.....
hoho..
suka saat ku terpesona d City HaLL.. :D
Indah
Lihat CSH ahjussi marah sambil banting pintu mobil, "emm melting", kok bisa ya ada orang marah tp bisa setampan itu?
unni fighting!
arrrggh... Indah, aku suka liat akang Cha tampil mempesona... tapi ada yang meremas hatiku saat ada yang mengaku terpesona sam akang cha... iiiiiiiiiih
CSH? CSW kali... haha.. banting pintu aja keren ya?? gimana kalo lagi ngerayu??? gak cuma melting... langsung menjadi uap, wkwkwkwk
Posting Komentar