Senin, 19 Maret 2012

[Sinopsis] The City Hall -- Episode 17 part 1

Mi Rae ditangkap atas tuduhan atas korupsi dan penyuapan, malam itu juga Mi Rae harus ikut ke kantor polisi. Ternyata sebelumnya sudah ada 3 kali surat pemberitahuan agar Mi Rae datang sendiri ke kantor polisi, tapi ibu Mi Rae yang hanya menyangka itu surat ucapan selamat biasa tak memberitahukannya pada Mi Rae.
Jo Gook protes karena tangan Mi Rae di borgol, “polisi negara seperti apa yang memborgol orang yang bersedia pergi sukarela?... Tidakkah kau menonton CSI?”
Wkwkwk, dua polisi yang menangkap Mi Rae Cuma bengong apa itu CSI (Crime Scene Investigation, serial TV). *********Harusnya dia tanya aku, pasti aku dengan mantap jawab ”Ai Udaaaaaaaaaaah!!” sambil manggut2 dengan cepat…*********

Mi Rae dan ibunya ceritanya di interogasi, tapi dasar Mi Rae ma ibunya nih polos banget, Jo Gook aja ampe rada geleng-geleng liat kelakuannya. Pertanyaan seputar tuduhan mengenai Ginseng sebagai hadiah (baca=suap) dari tetangga mereka, yang sedikit menaruh harapan pada Mi Rae untuk bisa memberinya pekerjaan untuk putrinya.
“Lihat, Anda menerima permintaan untuk pekerjaan… Jika hal ini bukan korupsi lalu apa?” Tanya polisi galak pada Mi Rae, “Tambah lagi anda juga memakan semua ginsengnya”
“Saya tidak memakannya!” Jawab Mi Rae tak kalah galak, “Saya meminumnya!!” wkwkwk, ”Mengapa?.. di negara ini tetangga tidak bisa berbagi makanan?... Anda memberi saya sedikit, maka saya membalas memberi Anda sedikit.”

Lalu waktu di beritahu bahwa ginseng itu ginseng mahal seharga ₩3.000.000,- dengan polosnya ibu Mirae berkata, “pantas saja setelah makan itu, saya merasa kuat, nafsu makan saya kembali, dan saya merasa lebih optimis, itu bagus…. “ Ia lalu bertanya pada Mi Rae, “Tidakkah kau merasa seperti itu juga? Bukankah kau makan lebih banyak dari aku?” wkwkwk, mereka malah meributkan soal ibu Mi Rae yang memasak makanan mahal dengan asal-asalan.
Jo Gook minta Mi Rae dan ibunya tak mengatakan apa-apa lagi, semua yang dikatakan ibu dan anak ini bisa menyebabkan masalah makin buruk. Jo Gook minta bertemu dengan pimpinan di situ, tapi belum sempat ia bertemu, sebuah telepon masuk.
Sementara itu berita telah sampai pada Jung Do, ia bergegas akan keluar saat berpapasan dengan Joo Hwa. Ia menanyakan apa yang sedang dilakukan Joo Hwa sampai membuat Mi Rae masuk penjara. Joo Hwa dengan gaya nyebelinnya mengaku melakukan banyak hal tapi tak ingat bila salah satunya membuat Mi Rae berurusan dengan polisi. Tapi bagi Joo Hwa yang terpenting adalah Mi Rae terancam di penjara, ia mulai tertawa senang. Jung Do hilang sabar, ia menampar Joo Hwa.
“Kau sangat menakutkan…. sangat menakutkan apa yang ada di dalam kepalamu, kau mengerikan.”
“Kau baru saja ... memukulku?”
Jung Do tak peduli, ia tak habis pikir bagaimana Joo Hwa bisa melakukan hal yang buruk pada Mi Rae sementara Mi Rae itu satu-satunya temannya Joo Hwa.
Tapi ternyata dugaan Jung Do salah, bukanlah Joo Hwa orangnya, tapi Joo Hwa sudah terlanjur sakit hati. Ia bertekad akan menempatkan kembali Mi Rae di penjara dan takkan membiarkannya melihat siang hari sepanjang hidupnya.
Jo Gook mendatangi orang-orang yang menelponnya yang mengklaim sebagai orang yang melaporkan Mi Rae ke polisi. Ternyata orang-orang itu kecewa pada janji Jo Gook dulu. Janji bila mereka mendukung Mi Rae, maka akan ada keuntungan bagi mereka. Justru saat ini Mi Rae membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat tapi tak berpihak pada pengusaha seperti mereka. Sebut saja mesin pertanian yang akan di berikan gratis kepada petani, dan rumah sakit kota yang menurut mereka pasti akan mematikan para dokter yang punya klinik pribadi. Ckckck, cara berpikir yang aneh dari kumpulan orang picik.
Tapi Jo Gook punya jawabannya, ia segera menelpon Madam Jung. Jo Gook minta Madam Jung segera memberinya informasi dan dokumen skandal orang-orang di depannya ini, ia berencana membuat kasus seperti terungkapnya skandal Mantan Walikota Go. Seketika mereka kebat-kebit dan segera menelpon kepala polisi.
Setelah semua beres, Jo Gook menemui Mi Rae di rumahnya. Mi Rae merajuk bagaimana mungkin Jo Gook meninggalkan pacarnya begitu saja di kantor polisi. Jo Gook meminta maaf, ia hanya bilang ada sesuatu yang harus ia urus. Mi Rae menanyakan tahu (dalam tradisi Korea makan tahu bila sudah keluar dari penjara, untuk membuang sial).
Jo Gook tak membawanya, ia memberi kecupan sebagai gantinya. Mi Rae tak mau kalah, ia membalas mengecup Jo Gook juga lalu kembali masuk ke rumah. Jo Gook senyum-senyum tak menyadari ada seseorang mengintai mereka berdua dengan kamera.
Belum sempat Jo Gook pergi, Jung Do datang MEMBAWA TAHU!!. Karena tahu Mi Rae baik-baik saja dan sudah beristirahat, mereka hangout berdua. Dan Jung Do yang galaupun mabuk sambil terus makan tahu yang seharusnya untuk Mi Rae.
Jung Do mengoceh tentang kesedihannya yang akan segera bercerai. Jo Gook penasaran, ia ingin tahu alasannya. Jung Do menjawab Mi Rae!, langsung atau tak langsung Mi Rae lah penyebabnya. Makin penasaranlah Jo Gook, ia ingin tahu apa arti Walikota Shin bagi Jung Do.
“Arti Walikota Shin bagiku?.. Dia topan… Dia topan yang memecahkan cangkir tehnya… Sebuah topan yang kuharap suatu hari akan menyebabkan diriku sendiri menjadi topan untuk memecahkan cangkir tehku.”
Jo Gook takjub, ternyata bagi banyak orang termasuk dirinya, Mi Rae itu adalah topan. Tak lama Jung Do tertidur. Mendengar Jung Do menggumamkan nama Joo Hwa, membuat Jo Gook ingat ia harus menelpon Joo Hwa. Tapi sayangnya ia disambut omelan Joo Hwa, bingunglah Jo Gook.
Tak lama ada sms masuk di hp Jung Do, dari Mi Rae. Jo Gook penasaran, ia membacanya. ‘Untuk Kepala Sekertaris kami, yang selalu menjadi Bintang utaraku *^^* Aku sudah kembali ke rumah. Jangan terlalu khawatir. Kita akan bertemu besok *^^*.
“Bintang utara?? Sangat lucu!” gerutu Jo Gook kesal, Lalu ia juga dapat sms dari Mi Rae. ‘Tidur yang nyenyak, Gook *^^*’

“Mengapa sms untukku lebih singkat?... Dan mengapa dia (Jung Do) mendapatkan dua wajah smiley? Bagaimana aku bisa tenang seperti ini?” wkwkwk Jo Gook cemburu.
Paginya Mi Rae memasak sarapan yang komplit, termasuk sup tulang kaki sapi. Mi Rae mengajak ibunya makan. Ibu minta maaf karena kecerobohannya maka terjadi hal yang semalam. Mi Rae tersenyum pada ibunya, ia menghiburnya dan minta ibunya berlaku seperti biasa seperti dulu saat ia belum jadi walikota. Menerima banyak juga memberi banyak dengan para tetangga. Takkan ada masalah dengan itu.
Ibu yakin kalau saja ada pria di sekitar mereka, para polisi itu takkan seenaknya, maka ia minta Mi Rae segera mencari jodoh mumpung ia walikota.
“Jangan khawatir. Aku akan membuat pengumuman, dan kemudian yang mirip Hyun Bin, Jang Dong Gun, So Ji Sub akan kubariskan mereka” Jawab Mi Rae menghibur dan menghapus airmata ibunya.
Sebelum ke Balai Kota, Mi Rae mampir kerumah Jo Gook meberikan hadiah tulang kaki sapi yang sudah di beri pita, wkwk.
“Ah, di lingkungan ini, apakah ini jenis hadiah yang diberikan kepada kekasih?”
“Hal ini praktis dan menyenangkan, bukan?.. Ini berarti ‘mengubur tulangmu dengan ku’?, atau sesuatu seperti itu?? hahaha” Sahut Mi Rae enteng.
Jo Gook memeriksa kresek, ia protes karena tak ada memo cinta sama sekali untuknya. Padahal ia ingin sekali menjadi Bintang utara dan mendapat banyak smiley icon. Mi Rae tak menggubrisnya, ia bersiap pergi.
Jo Gook menghalangi sepeda dengan tulang, “Aku ingin diberikan ‘kaulah Bintang Utaraku’, atau sesuatu seperti itu.”
“Kau pikir aku memberi hal semacam itu untuk sembarang orang?” Mi Rae lalu berpura-pura menyapa ibu Jo Gook, saat Jo Gook menoleh mencari ibunya, Mi Rae buru-buru kabur mengayuh sepedanya. Jo Gook merengek, ia tetep keukeuh pengen dapet si bintang utara.
Mi Rae sibuk kembali dengan urusan Balai kota, rapat mengenai dukungan keuangan untuk anak-anak sampai usia lima tahun di pusat pediatrik di klinik kesehatan masyarakat. Ah, andai saja politikus kita juga sibuknya rapat yang kayak gini….
Baru selesai rapat, Mi Rae kedatangan tamu: Go Hae!!
Kedatangan Go Hae dalam rangka menawarkan kerja sama, tepatnya Daehan Group bersedia membangun RS kota yang sedang di rencanakan Mi Rae. Go Hae memberi alasan kerja sama itu sebagai bentuk terima kasih karena secara langsung atau tak langsung dari masyarakat pulalah (sebagai konsumen) yang memberikan keuntungan buat Daehan. Selain itu, Daehan juga berencana membuat pabrik di Inju. Pabrik yang akan bisa membantu perekonomian lokal dan lahan pekerjaan.

“Namun, dari banyak tempat, kenapa anda memilih Inju?” tanya Mi Rae
“Jika saya dapat berbicara terus terang, ini bukan untuk Walikota Shin. Harus saya katakan, ini adalah bantuan istri untuk prianya Anggota kongres Jo” Go Hae tersenyum manis, sementara Mi Rae tak bisa menyembunyikan ketekejutannya. Go Hae kembali melanjutkan, “Jadi Anda tidak perlu berterima kasih padaku. Untuk pembangunan rumah sakit dan pabrik, saya berharap semua kredit untuk anggota Kongres Jo.”
“Tentu saja. itu yang seharusnya.” Jawab Mi Rae tegang.

Soal pekerjaan memang mulai ada kesepakatan, tapi tidak untuk soal pribadi. Go Hae berkomentar soal Mi Rae yang kini tampak berbeda dari terakhir mereka bertemu dulu, “Apa karena Anda telah jatuh cinta? Kau tampak begitu cantik, Ms Shin Mi Rae…. Apa Anda bersenang-senang dengannya? Dia benar-benar tidak menyenangkan, dan juga tidak romantis.. Apa Anda sering bertemu dengannya? Apa Anda tidur dengan dia?.... Apa itu terlalu pribadi?” Tanya Go Hae dengan senyum tak lepas dari bibirnya.

Mi Rae tak tahan lagi, ia berniat pergi “Jika Anda selesai berbicara, maka ... “
“Duduklah! Saya bertahan dari hal jauh lebih buruk, dan Anda bahkan tidak bisa bertahan 30 menit? Anda tidak bisa seperti itu.”
Mi Rae terpaksa duduk lagi di tempatnya.
“Itu benar. Duduk saja di depan saya, karena ini adalah hukuman saya untuk Anda.”
“Hal-hal apa yang ingin Anda dengar? Sejujurnya saya tak punya sesuatu untuk dikatakan. Hal ini tidak nyaman, dan ada hal-hal yang tampaknya tidak adil. Tapi, dengan tulus saya minta maaf.”
Go Hae berang. Tak sepantasnya Mi Rae minta maaf padanya seperti seseorang yang tak sengaja menginjak kakinya. Kata maaf takkan bisa membebaskan Mi Rae dari rasa bersalah. Go Hae juga tak terima jika Mi Rae memberikan alasan (kenapa masih berhubungan dengan pria yang sudah punya tunangan). Bagi Go Hae (kehadiran Mi Rae) tak menjadi masalah, karena ia suka pada hubungan yang penuh dengan ketegangan, seperti itu. Ajegile, ada ya cewek menganggap cowoknya selingkuh itu sebagai ketegangan??
Mi Rae bingung, pernyataan Go Hae barusan menimbulkan pertanyaan, “Pria itu, apa anda mencintainya?”
“Cinta? .. apa pertahanan Ms Shin Mi Rae hanya pada hati orang itu?...” Go Hae menyindir kalau orang yang tak punya apa-apa menggunakan hormon omong kosong sebagai kemewahan. Ia menegaskan bisa hidup dengan baik tanpa cinta. Jadi Go Hae mempersilakan Mi Rae terus mencintai Jo Gook, ia takkan menghalangi. Tapi perlu di catat Mi Rae, bahwa Mi Rae hanya koma dalam kehidupan Jo Gook, dan bukan titik. Kalimat tak pernah berakhir dengan koma, bukan?. Sebelum Mi Rae pergi, Go Hae mengingatkan mereka masih punya janji temu untuk membahas rencana pembangunan RS dan pabrik.
Walau tadi terlihat tegar saat bertemu Go Hae, Mi Rae akhirnya tak kuasa menahan air matanya, ia menangis sepanjang perjalanan menuju balai kota.
Jo Gook untuk pertama kalinya masuk gedung DPR sebagai anggota kongres, ia mengelus papan namanya dan mencoba duduk disana. Ia berencana masuk Komite Lingkungan dan Buruh. --Eh? Bisa milih ya?-- Soo In heran, karena dua komite itu bukan hal yang populer.
Jo Gook menemui ketua Partai Purification, partai baru yang menaunginya. Setelah menyematkan pin di jas Jo Gook, ketua partai mempertanyakan alasan bergabungnya Jo Gook di partainya. Padahal sebelumnya BB menghadiri kampanyer Jo Gook, Jo Gook juga terlihat di di launching partainya BB, di tambah sebelumnya juga Jo Gook pernah terlihat di tempat BB mengasingkan diri dari dunia politik (tempat membuat tembikar, episode awal-awal).
Jo Gook awalnya menjawab diplomatis bahwa ia dan BB kini punya prinsip yang beda. Tapi kemudian ia sedikit gamblang mengakui ia hanya butuh terdaftar sebagai anggota sebuah partai politik, jadi tak masalah baginya untuk pindah ke partai yang ini atau itu bila tak kondusif.
Jo Gook lalu di ajak berkenalan dengan anggota kongres lain yang separtai dengannya. Jo Gook yang termuda disana, ia di tawarkan menjadi juru bicara partai. Awalnya Jo Gook menolak, tapi kemudia ia bersedia. Ketua partai hanya minta Jo Gook membantu prosentase suara partai sebesar 5%. Lama-lama berada di kumpulan orng-orang itu makin jelas terlihat perbedaan prinsipnya Jo Gook. Orang-orang partai yang kini menjadi anggota kongres itu antara perkataan dan perbuatan tak sejalan. Misalkan saja soal bepergian ke luar negeri (mirip negara kita yah). Palagi saat makan, ckckck, kayak orang gak pernah makan ajah. Jo Gook menghela nafas.
Esok paginya terjadi keramaian di resto bubur, semua sibuk menyiapkan sarapan untuk para sepuh.

Jo Gook datang, ia membawa sekeranjang buah. Jo Gook menyapa Jung Do yang berdiri dekat dengannya, ia sengaja menggoda Jung Do yang menangisi Joo Hwa saat mabuk tempo hari. Soo In tak kuasa menahan geli.
Jo Gook ikut larut dalam kesenangan dan menyemangati Mi Rae yang bernyanyi. Namun senyumnya hilang karena kecewa saat Mi Rae mengajak Soo In berdansa, Mi Rae tak mengajaknya. Dan hari itu terlihat sekali Mi Rae menghindari Jo Gook.
Jo Gook akhirnya bisa ‘memaksa’ Mi Rae ‘kencan’, setelah memohon dan menunjukkan sepatu couplenya. Jo Gook berusaha seromantis mungkin, tak lupa ia mengalasi bangku dengan sapu tangannya. Melihat Mi Rae yang tetap murung, Jo Gook tahu ada yang tak beres.
“Apakah terjadi sesuatu saat aku tidak ada?”
“Sesuatu terjadi… Aku bahkan tidak berpikir bahwa itu bisa terjadi, tapi aku menjadi (tanda) koma dan aku dihukum.”
“Apa artinya?”
“Tunanganmu…. Apa dia masih tunanganmu?”
Jo Gook tak menjawab, ia malah balik bertanya, “Go Hae datang?”
*^^*

3 komentar:

Creati_Ve mengatakan...

Hyyuufttt,,, yang dinanti2 akhirnya tiba,,.. ku tunggu kelanjutanna ya mbak.pensaran ma endingna..:).
makasihh

ogisca mengatakan...

makasih...ditunggu kelanjutannya..

ai mengatakan...

aku juga g sabar pengen cepet selesai, hahah... hutang sinopku buanyak!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...