*^^* Sinopsis Thank You Episode 13 part 2 *^^*
Young Shin menyerah, ia tahu Bom keras kepala. Ia pun minta Bom mengangkat Bo Ram agar Young Shin lebih mudah menjangkaunya. Hujan deras di sertai angin membuat sebuah dahan patah, dahan itu jatuh tepat ke Young Shin.
Gi Seo sedang makan mie berdua kakek, tapi seleranya hilang karena ia mengkhawatirkan Young Shin dan Bom yang tak ada di rumah padahal cuaca di luar sedang tak bagus. Gi Seo minta kakek melanjutkan makan sementara ia akan mencoba mencari mereka.
“Tidak, Hyung! Aku takut! Jangan pergi!”
“Mengapa kau begitu takut pada kilat kecil? Kakek, bukankah kau pria dewasa tangguh?” Tanya Gi Seo kesal, tak lama petir keras terdengar, Gi Seo sempat kaget. Haha, Gi Seo juga tidak tangguh. Ia pun akhirnya kembali duduk. Kakek melanjutkan makannya dan berterima kasih pada Gi Seo karena tak jadi pergi.
“’Terima kasih’, Setiap jam dan setiap saat selalu saja ‘Terima kasih’… Pada musuhpun akan bilang ‘terima kasih’…” Gerutu Gi Seo. Pantas saja Young Shin dan Bom selalu ber-terima kasih, karena ternyata kakek yang mengajari begitu. mereka selalu bertindak seperti orang bodoh, dan digertak juga dipandang rendah oleh orang-orang. Gi Seo memarahi kakek yang mestinya mengajari “Kalau di injak, balas dengan perlakuan yang sama! Jika ditipu, lakukan hal yang sama sebagai balasannya!... “
Kekhawatiran Gi Seo terjawab, Dr. Oh menelponnya mengabari soal keadaan Young Shin.
Gi Seo bergegas ke klinik. Semua kata-katanya tadi siang mengenai ia takkan peduli pada Young Shin lagi meski Young Shin dalam keadaan sekarat, tiba-tiba menguap.
Gi Seo mendekati Bom yang menggumpal dirinya dalam selimut, “Bom… Lee Bom!”
“Ahjussi ... Ibu ... “ Dengan terbata-bata Bom berusaha bercerita, tapi ia tak mampu, tangisnya pecah di pelukan Gi Seo.
“Tak apa-apa… Itu sebabnya aku datang ... Malaikat pelindung Nomor 1…”. Gi Seo lalu membujuk Bom untuk tidur di mobilnya, “Malaikat tidak takut badai petir jadi ... kau akan tinggal di dalam mobilku ya? Pemanasnya di nyalakan, jadi hangat, ok?” Ah, Gi Seo nih pinter mbujuk….
Di dalam Klinik, nampak Young Shin terbaring lemah tak sadarkan diri. Gi Seo masuk, kembali terngiang ‘Bahkan jika kau sekarat di depanku, aku takkan berkedip’. Dr. Oh memberitahu keadaan Young Shin, tak ada luka namun tekanan darahnya terus menurun dan dia hilang kesadaran.
Gi Seo memeriksa bawah dada sebelah kanan yang memar akibat kejatuhan dahan patah. Ia memeriksanya dengan Stetoskop, lalu dengan wajah cemas segera minta desinfektan.
Ternyata Gi Seo membedah Young Shin di bagian memar karena ada cedera di tulang rusuknya yang merusak intercostal artery (sejenis pembuluh darah kayaknya.. ). Darah Young Shinpun terus mengalir melalui selang…….
Sayangnya tak ada persediaan darah, pengumumanpun di siarkan melalui pengeras suara, meminta warga yang bergolongan darah B untuk menyumbangkan darahnya.
Seluruh warga mendengar pengumuman itu, termasuk keluarga Bo Ram. Bo Ram yang di pangku ibunya berulang-ulang menceritakan soal ibunya Bom yang memilih menyelamatkannya duluan di banding Bom. Ibu Boram minta anaknya tak lagi cerita, ia sudah cukup mendengar cerita itu berulang-ulang sedari tadi. Ayah Bo Ram yakin kalau istrinya bergolongan B, tapi ibu Bo Ram keukeuh kalau dia AB.
Kalau ada yang penasaran dimana kakek, kakek terpaksa (lagi-lagi) di kunci di dalam rumah.
Shim Shim yang sedang mengepel mengomentari pengumuman itu, ia yakin takkan ada yang mau menyumbangkan darah kecuali kepalanya di ancam akan di tembak. “Jika seseorang menyumbangkan darah untuk Shin Young ... Aku akan memberikan orang itu surat pujian,
surat pujian.”
“Kalau begitu, kau ambillah surat pujian.”
“Apa?”
Nenek Kyung Ja tahu kalau keponakannya itu bergolongan darah B, ia menjanjikan uang ₩ 100.000 selain surat pujian.Tawaran di naikkan jadi ₩ 200.000 won. Shim Shim menyarankan Nenek ikut donor juga, bukankah nenek, Seok Hyeon dan Yong Joo bergolongan B? Nenek mengelak, semua orang di rumah itu bergolongan A.
Pengumuman tak berhasil, hanya suami So Ra yang bersedia mendonorkan darahnya. Gi Seo pun berinisiatif meminta daftar golongan darah penduduk di Pureun dengan maksud membujuknya satu persatu.
Rencana tak mulus, tak satupun warga yang mau keluar untuk menanggapi kedatangan Gi Seo dan dr. Oh… Bahkan setelah mereka berpencarpun tak ada hasil.Dr Oh lalu memberitahu ada satu tempat lagi yang harus mereka datangi…
Rumah Seok Hyeon!!. Dr. Oh tahu kalau nenek Kyung Ja juga bergolongan B, tapi ia datang untuk membujuk Shim Shim. Sayang, bahkan Shim Shim pun menolak, ia mengelak, ada kesalahan di laporan kesehatannya yang menyatakan dirinya bergolongan B.
Selesai mengatakan ia tak bisa membantu karena type darahnya beda, Shim Shim terpana melihat nenek menunjukkan cincin permata di jemarinya..
Dr. Oh mengajak Gi Seo untuk kembali keliling, siapa tahu ada penduduk yang berubah pikiran. Gi Seo tersentuh, Dr Oh menurutnya adalah orang baik, di malam berhujan seperti itu ia bahkan tak sungkan membantu sebisanya.
“Profesor Min Jun Ho yang mengajarkanku… Ayah Dokter Min!” Dr. Oh memberitahu kalau Profesor Min Jun Ho selalu mengingatkan ‘Jangan lihat penyakitnya, yang terpenting lihatlah orangnya.’
Gi Seo sempat tertegun, ia tak mengingat ayahnya sebaik itu.
Seok Hyeon datang. Dr. Oh menyapanya sebelum pergi. Setelah hanya menatapnya dengan tajam, Gi Seo pun pergi, tapi ia sempat bertanya apa Seok Hyeon bergolongan darah B?
Seok Hyeon langsung ke klinik dan mendonorkan darahnya. Sayangnya, persediaan darah tetaplah tak sebanding dengan banyaknya darah Young Shin yang terbuang. Bahkan proses pengambilan darah Seok Hyeon belum selesai saat tekanan darah Young Shin kembali turun, Gi Seo buru-buru memindahkan kantong darah dan memasangkan selangnya Young Shin.
Gi Seo terduduk lemah di dekat pintu, sepertinya ia harus mencari akal untuk menyelamatkan Young Shin. Membuang semua egonya, Gi Seo menghubungi sang ayah.
“Ini Gi Seo. “
“Ya, Min Seo Gi ... Ini Ayah… Kau baik-baik saja, kan?”Jawab Ayah setelah menghentikan taxi yang di kemudikannya di pinggir jalan.
Gi Seo tak menjawab pertanyaan ayahnya, ia langsung menceritakan keadaan Young Shin.
Ayah tersenyum, ia menyarankan Gi Seo untuk mengikat rongganya. Gi Seo dengan putus asa menjawab kalau itu sudah ia lakukan tapi tetap tak berhasil mengehentikan pendarahan, ia juga memberitahu tempatnya sekarang hanyalah klinik di pulau kecil, bukan RS besar.
Ayah lagi-lagi tersenyum, ia menyarankan Gi Seo untuk mengikat sumber perdarahan dan
otot arteri interkostalnya secara bersamaan. Gi Seo langsung mendekati Young Shin dan menjalankan sarannya langsung.
Untungnya kali ini saran itu berhasil, aliran darah berhenti dan tekanan darah Young Shin berangsur naik. Tercermin kelegaan di wajah semuanya.
Gi Seo menghubungi ayah, “Tekanan darah yang meningkat. Pendarahannya telah berhenti ...... Tapi aku mungkin harus memasukkan suatu intubasi jika dia memiliki kesulitan bernapas. “
“Semua yang bisa kau lakukan adalah untuk membuat segala sesuatu dalam posisi stabil. “. Ayah mengingatkan Gi Seo telah melakukan semua semampunya sebagai seorang dokter, sisanya serahkan pada yang Maha Kuasa.
Di luar dugaan, Gi Seo mulai ketularan kakek, “Terima ... terima kasih. “ Gi Seo mengucapkannya dengan kaku.
Nenek Bang Ja menyeret anaknya, sementara yang di seret mempertanyakan apa dia anak kandung atau bukan, haha. Nenek Bang Ja mengingatkan putranya tentang betapa baiknya Young Shin. Kalau ia punya 3 biskuit, Young Shin hanya akan mengambilnya satu sementara dua lainnya di serahkan pada mereka. Nenek Bang ja juga menjanjikan motel untuk ia berikan untuk anaknya itu.
Gi Seo tersenyum mendengar percakapan ibu dan anak.
Tak lama, muncul Shim Shim, ia datang sambil terus mengagumi cincin mahal di jarinya.
Gi Seo dan Shim Shim tertegun melihat betapa khawatirnya Seok Hyeon. Seok Hyeon tak melewatkan pandangannya sedikitpun dari wajah Young Shin.
Gi Seo di mobilnya merenung mengingat perkataan ayahnya, ‘serahkan semuanya pada tuhan’. Ia pun membawa mobilnya ke Gereja. Gi Seo berdoa dengan khusyuk sampai pagi menjelang. Ia menoleh dengan kaget saat mendengar Young Shin memanggilnya.
Young Shin memang memanggil Gi Seo dalam tidurnya. Ia terbangun dan kaget saat di lihatnya Seok Hyeon.
Seok Hyeon tersenyum, “Apa kau tidur nyenyak?”
Young Shin tak menjawab, ia tetap melongo.
“Terima kasih ...... Untuk tetap hidup…” Cup, Seok Hyeon mencium Young Shin.
Young Shin diam saja.
Di pintu, ada Gi Seo yang terdiam melihat semuanya…………….
*^^*
Setidaknya kini kita tahu ada dua nenek yang tulus ingin menyelamatkan Young Shin, ada nenek Bang Ja. Ia tak bisa donor karena memang type darahnya beda, tapi ia menawarkan harta berharganya (motel) sebagai hadiah asal anaknya mau donor.
Lalu ada nenek Kyung Ja, yang bahkan menawarkan uang hingga 200 rb won lalu cincin permata agar Shim Shim mau donor. Si nenek masih belum merelakan jika harus dirinya atau Seok Hyeon yang donor. Padahal tanpa setahu dia, Seok Hyeon sudah donor duluan.
Judul untuk episode 13 yang tepat adalah, Bom selalu menangis di pelukan Gi Seo, #ngiri.com# haha.......
*^^*
5 komentar:
haaddecch kenapa giseo melihat pemandangan yg tidak menyenangkan begitu,,,,,,
arrgghhh...yg dipanggil gi seo knp yang muncul seok hyunn, bagaikan mimpi buurruukk.....
nangis terus bcanya,siap2 k blog upnie deh:-) mksh ya sinopnya
icha
Gw nonton 3x dan nangis 3x untuk episode ini, terharu sumpah sama perjuangannya ahjussi, dibagian endingnya touching banget,+ backsound thank you nya HUN. Huaaa Tears was fallen even im a boy
aku udah nonton rerun-an drama ini berkali-kali di TV, tapi begitu buat sinopnya, tetep aja excited dengan 'adegan' yang terasa baru, haha...
tetep ketawa, tete[ nangis, tetep ikutan kesel... mengaduk2 esmosi jiwa lah pokokna..
Thanks buat yang telah berkunjung ^^
Aah gak bosen nonnton drama ini slallu nangis,menyentuh banget seoerti nyata
Posting Komentar