Jumat, 03 September 2010

Hero Episode 4 (part 2/2)

Do Hyuk dan Jae In pergi ke lokasi terakhir dimana HP Nyonya P terakhir digunakan, di kampung halaman Madam P. Karena nenilai Do Hyuk mengemudi dengan ceroboh, Jae In mengambil alih. 
Tapi Do Hyuk hampir mati karena bosan melihat Jae In membawa mobilnya begitu lambat (kayak keong racun, hehe).

Di seoul, Chil Sung yang mendapat laporan dari anak buahnya soal polisi yang mulai menyelidiki kasus nyonya P, kembali menelpon dan menekan Hae Sung.


Ditengah perjalanan, Jae In dan Do Hyuk beristirahat untuk mampir ke WC umum.
“hampir saja aku ngompol dicelana” kata Do hyuk keluar dari mobil sambil menahan kebelet
“ngompol saja” kata Jae In sinis
“aduuuh, sudah mau keluar, hampir tak bisa ditahan,” Do Hyuk setengah berlari ke WC umum.
Tidak lama, Jae In ikut menyusul masuk.
Lega sudah menunaikan hajatnya, Do Hyuk kembali kemobil dan tidak menemukan Jae In “dia sendiri juga sudah tak tahan… dasar cewek!!”
Melihat ke dasbor mobil Do Hyuk menemukan HP jae In berbunyi, ada panggilan masuk dari Hae Sung. Hp itu langsung di serahkan ke Jae In yang sudah keluar dari WC umum, Jae In terlihat bersemangat menerima dan mengangkat teleponnya. Hae Sung tidak senang mendengar Jae In melanjutkan penyelidikannya (gak seneng karena perintah Chil Sung juga gak seneng karena Jae In perginya bareng Do Hyuk). Setelah mengingatkan bahwa seharusnya malam nanti mereka menonton konser bersama, Hae Sung berkata ia mengerti kalau Jae In itu sangat sibuk dan langsung menutup teleponnya.
Jae In langsung merasa bersalah, ia merasa satu-satunya cara adalah cepat-cepat menyelesaikan penyelidikannya dan kembali ke Seoul sebelum pertunjukan dimulai. Dengan terburu-buru akan masuk ke kursi pengemudi, Jae In langsung berhenti dan berbalik berlari ke sisi penumpang saat mendengar Do Hyuk berkata "kalau begitu, aku saja yang menyetir mobilnya”.
 
 “ide bagus!!”kata Jae In menarik Do Hyuk dengan kencang sehingga hampir saja Do Hyuk tersungkur. Do Hyuk heran namun kemudian wajahnya tersenyum, akhirnya Jae In mengijinkannya mengemudi lagi.


Sementara itu, setelah menelpon Jae In, Hae Sung kembali memikirkan memikirkan Koran Yong Deok, ia ingat Chil Sung kembali mengancam keselamatan Jae In atas keterlibatan Jae In pada penyelidikan nyonya P. Hae Sung lalu mulai bergerak, ia dan anak buahnya mendatangi satu persatu mantan anak buah Yong Deok, dan menemukan bahwa Yong Deok mendapatkan semua fasilitas korannya dari kasil memeras para mantan anak buahnya.
Ditempat lain, anak buah Chil Sung mulai menyisir tempat-tempat dimana biasanya koran Yong Deok mudah didapat, dan mereka mengangkutnya ke kantor Chil Sung.



Kembali ke kota Apel…..
Jae In dan do Hyuk mulai menanyai orang-orang, semua tempat keramaian didatangi, terminal bahkan pasar, tapi hasilnya nihil. Sambil beristirahat mereka minum ditempat minum umum(?) (apa ya? Aku baru tahu ada yang kayak gini di Korea)
Bergantian minum dari gayung yang sama, Do Hyuk berkata “sepertinya dia tidak dikenali lagi disini karena sudah pergi terlalu lama”
Jae In tidak menjawab, ia terus saja memperhatikan foto ditangannya.
“itu, bukankah itu Shu Jin?” suara seorang wanita dibelakang mengagetkan mereka
“kau mengenalnya?
“Matanya sekarang besar dan hidungnya mancung” si ibu terus berkata ”iya, itu Shu Jin”


Bertiga mereka duduk untuk melanjutkan pembicaraan mengenai nyonya P. Wanita itu (gak tau namanya, kita panggil dia bibi). Bibi itu bercerita bahwa sekitar 17 atau 18 tahun yang lalu waktu Shu Jin (nama asli nyonya P) lulus SMA dan ibunya meninggal ia pergi ke Seoul. Terakhir melihatnya saat ia datang sekitar 7 tahun yang lalu.
Menurut Bibi, Su Jhin tumbuh menjadi wanita cantik dan beruntung bisa menikah dengan pria kaya.
Merasa tidak ada informasi lagi yang mereka bisa gali, Do Hyuk dan Jae In yang hampir berdiri untuk berpamitan, langsung duduk kembali ke kursi mereka saat mendengar si bibi kembali berkata ”Kalau setelah saat itu ia melahirkan, sekarang anaknya pasti sudah sekolah”
"Apa maksudnya?" Tanya Jae In
Si bibi kemudian bercerita 7 tahun yang lalu tiba-tiba Su Jhin datang dalam keadaan hamil. Su Jhin yang tidak punya teman akrab datang untuk bersembunyi dirumah si Bibi. “Kupikir buat apa setelah 10 tahun pergi tak ada kabar tiba-tiba ia datang mencariku. Sepertinya ia hamil karena pacarnya, dan pacarnya itu sudah beristri. Karena pacarnya tidak membiarkan Su Jhin untuk melahirkan anaknya, jadi ia bersembunyi selama beberapa hari dirumahku. Tapi kemudian sekelompok orang berpakaian hitam membawanya pergi”
“Apakah bibi bisa ingat wajah mereka?” Tanya Jae In
“Hehe, suamiku sendiri saja aku tak ingat!” jawab si Bibi sambil tertawa


“Katamu kalian akrab? Hal seperti ini saja kau tak tahu” kata Jae In saat mereka menuju mobil.
“tak mungkin ada anak” kata Do Hyuk sambil terus berpikir
“Sepertinya disini tak ada yang bisa kita cari lagi” kata Jae In lalu masuk ke mobil
Dan ternyata mobilnya tidak mau di starter.........


Dan hari itupun Jae In dan Do Hyuk akhirnya ke bengkel.
Do Hyuk menggoda Jae In “Dalam drama/ film, ketika kendaraan rusak, dan kapal terakhir sudah tidak ada, maka tokoh Pria utama pria dan wanita akan bermalam bersama”
“Aku akan naik bus duluan. kamu pulang setelah mobilnya selesai besok” Jawab Jae In ketus
Tapi harapan Jae In pupus, karena ternyata menurut pemilik bengkel sudah terlambat untuk bis terakhir.
“Apakah ditempat ini juga tak ada penginapan?” tebak Do Hyuk
“Kau ini, kenapa bicara yang jelek-jelek!!” tegur Jae In
“Anak muda, kamu sering kesini ya? kamu tahu betul tempat ini.” Do Hyuk langsung tersenyum lebar mendengar penjelasan pemilik bengkel. “Ada sih tempat kalian untuk menginap, tapi kamarnya hanya ada satu”
“aaah, begitu ya?” Do Hyuk tersenyum makin lebar.

 
“bisnismu berjalan lancar, kata kyung man yang sedang mengunjungi restoran ibunya Jae In (Myung Hee)
“maaf selama ini salah faham menganggapmu seorang kakek” jawab Myung Hee sambil tersenyum.
Tidak lama Myung Hee mengangkat telepon. Sedikit menguping Kyung Man kecewa karena mengira Myung Hee berbicara dengan suaminya. Setelah menutup telepon dan berbicara ke Kyung Man, Myung Hee menjelaskan hidup sendirian tanpa suami, membuatnya menjadi sangat dekat dengan putrinya. Kyung Man senang sekali dan langsung berkata “ternyata hubungan dengan putrimu sangat bagus”.
Kyung Man lalu mendapat telepon dari Jae In yang memberitahu Jae In masih ada diluar kota, Jae In sedikit membentak Kyung Man ketika Kyung Man menggodanya menginap hanya berdua dengan Do Hyuk.
“atasanku. Dia seorang wanita yang dingin” kata Kyung Man berusaha menjelaskan pada Myung Hee, tanpa ia tahu Myung Hee itu ibunya Jae In
“Pasti melelahkan (punya atasan seperti itu)” kata Myung Hee bersimpati, ia juga tidak tahu atasan yang dimaksud Kyung Man itu adalah Jae In


Saat makan berdua ditempat penginapan, setelah mengecek keadaan Do Hee dan anak-anak, Do Hyuk mengingatkan Jae In agar menelpon Hae sung “bukankah kalian ada janji nonton konser?”
Jae In langsung mengirim sms setelah diingatkan Do Hyuk : “kelihatannya besok baru bisa pulang. Sampai saat itu baru bisa menghubungimu”.


Selesai membaca sms dari Jae In, Hae Sung dikejutkan dengan kedatangan Ho Gyeong, calon tunangannya kekantornya. (gak ada Jae In, dia punya serep tuh)


Kembali ke kota Apel:
“apa sih yg kamu suka dari Hae Sung?” Tanya Do Hyuk ingin tahu (kenapa bukan aku? Begitu mungkin pikirnya Do Hyuk)
“Sudah, cepatlah makan” Jae In enggan berbagi cerita
“Sejak kapan kalian mulai pacaran?” Do Hyuk terus bertanya “Tidak bilang padanya kalau kita satu kamar kan?” melihat Jae In mulai mendelik padanya, Do Hyuk menambahkan “Harusnya kamu bilang, biar dia segera menjemputmu...dasar”
“Kami belum sedekat itu. Lagipula aku akan tidur dibawah”
“Terserah… sama Hae Sung sudah sampai tahap mana?
“Kau itu begitu rendahan ya” Jae In mulai jengkel
“belum bergandengan kan?”
“Hei!!”
“tidak usah malu-malu, denganku saja kau sudah ciuman kan?”
Jae In yang sudah kesal langsung mengayunkan sendok untuk memukul Do Hyuk, tapi Do Hyuk dengan sigap menangkisnya dengan tutup panci!! (hahaha, tamengnya OK juga tuh)


Hae Sung membawa Ho Gyeong ke apartemennya. Mereka dikejutkan oleh seorang wanita tua yang sedang menahan kantuk didepan pintu. Ho Gyeong lebih kaget lagi saat mendengar Hae Sung memangil ibu pada wanita itu.
Ibu langsung terbangun dan terseyum pada anaknya, namun ia langsung menatap Ho Gyeong dan langsung memperhatikan pakaian dan mobil mewahnya
“sudah begitu malam, seorang wanita datang kerumah pria” kata si ibu
“Apa?” tanya Ho Gyeong
“Sudah malam, besok datanglah lagi” si ibu langsung ngeloyor masuk
Ho Gyeong kesal sekali, tapi Hae sung menyuruhnya juga untuk segera pulang, Hae Sung berjanji akan menelpon besok.


Sambil memotong-motong Kimchi, ibu Hae Sung mengatakan kalau seharusnya mencari jodoh itu yang sepadan. Sehingga nantinya sebagai suami bisa dihormati. “Nona tadi tidak cocok dengan kita, ia orang kaya. Kau itu dari dulu terlalu rajin belajar, sehingga tak pernah dekat dengan siapapun, kalau sampai kau pulang membawa gadis, berarti hubungan kalian sangat spesial”
“ibu” Nada suara Hae sung mengingatkan kalau ia tidak suka pembicaraan ibunya.
“Baiklah, makanlah dulu, kimchi ini enak sekali” katanya sambil berusaha menyuapi Hae Sung
“Aku sudah makan”Hae Sung menolak
“Satu suap saja” kata ibunya lagi
“Aku bilang aku sudah makan” suara Hae Sung meninggi, ia lalu meninggalkan ibunya dan duduk di sofa.(apa sih susahnya buka mulut dan menelan makanan satu sendok ajah?)
Si ibu sedikit terpana, akhirnya memakan sendiri makanan disendoknya.
“tidak lama lagi hari peringatan kematian ayahmu, kau mau datang atau tidak?” Si Ibu lalu menjelaskan maksud kedatangannya.
“Tidak bisa, ibu pakai saja uang ini perayaan hari kematian” Hae Sung mengeluarkan uang dari dompetnya.
Hae sung juga sepertinya enggan jika ibunya harus menginap (padahal kan udah malem, kemalemannya juga kan karena kelamaan nungguin Hae Sung pulang… iiiiih kok ada anak yang kayak gini sih?).


 
Di rumah Do hyuk, Do Hee mengundang Yong Deok untuk makan. Do Hee berakrab-akrab dengan Yong deok, sepertinya ia berharap Yong Deok mau membantunya membayar hutang. Do Hee aman dari Do Hyuk, tapi ia tidak aman dari tatapan tajam Sol ( ckckck Do Hee ini kalah dewasa ma anaknya).


Setelah makan, Do Hyuk membuatkan Jae In minuman hangat, ia juga memakaikan jaket kepada Jae In. Melihat Jae In tersenyum, Do Hyuk tidak tahan untuk tidak menggodanya. “Sesudah minum, kau merasa lebih nyaman ya, hai pribadi ganda" .
"Apa katamu?"
Do Hyuk merasa Jae In berlaku beda dengan orang yang dekat dengannya, pura-pura dingin dan susah untuk didekati. Melihat Jae In yang memandang serius padanya, Do Hyuk meralat, “maksudku kau polisi wanita dan masih muda, pasti sulit untuk mengendalikan bawahanmu. Tapi sekarang kita kan cukup akrab, jadi mulai sekarang bersikap baiklah padaku”
Jae In mengangguk-angguk “baiklah, ide bagus, seperti bibi tetangga” Jae In lalu memberikan penilaiannya terhadap Do Hyuk ”Rasa empati yang tinggi juga masih polos”
“hangat, bertenaga, teliti, dan mempunyai cara pandang yang bagus” Do Hyuk menambahi
“aiiiih, mulutmu itu”
“ini juga termasuk, kalau tidak bisa bicara berarti bisu”
“kalau kau tenggelam, mulutmu akan membuatmu tetap mengapung”
“apakah seperti ini?” Tanya Do Hyuk memonyongkan bibirnya. Tingkah Do Hyuk membuat Jae In tertawa geli.


Setelah tertawa bersama, Jae In mendengar helaan nafas panjang yang membuatnya menoleh dan melihat Do Hyuk tidak tenang “kau sangat cemas ya? jangan terlalu khawatir, tunggulah sebentar lagi”.
Jae In lalu tanya bagaimana Do Hyuk bisa mengingat nomor mobil dengan baik. “kebiasaan." jawab Do Hyuk pendek


Sementara Do Hee mencuci piring bekas makan malam, Yong Deok melihat-lihat kamar Do Hyuk. Yong deok menemukan kotak yang disimpan Do Hyuk yang berisi kenangan keluarganya. Yong deok kemudian menyadari Do Hyuk itu putra dari reporter yang terbunuh 15 tahun yang lalu.


Yong Deok dan Do hyuk mengenang kisah yang sama.

Do Hyuk bercerita, saat kejadian itu tidak bisa melihat plat nomor truk yang menabrak orang tuanya, “ sejak saat itu aku terbiasa untuk mengingat nomor plat mobil”.
“ayah dan ibu?” Tanya Jae prihatin
Do Hyuk mengangguk, matanya memerah dan berkaca-kaca.
 
“ayahku, meninggal karena kecelakaan. Ayahku seorang polisi, ia meninggal saat menangkap penjahat” Jae In pun mulai berbagi
“karena itu kau jadi polisi?”
“ya”
"aku juga. makanya aku jadi wartawan, karena ayahku dulu adalah seorang wartawan, Wartawan harian Daese”


Flashback ingatan Yong Deok: Yong Deok mendapat perintah langsung dari direktur Choi untuk membunuh ayah Do Hyuk yang notabene adalah wartawan Koran Daese (berarti anak buahnya sendiri). Ia sendiri sebenarnya menolak. Tapi kalo gitu insiden tabrak lari itu siapa yang buat?


Mereka tidur terpisah, karena Do Hyuk tidur di "beranda" ia kedinginan dan akhirnya bangun lebih cepat. Do Hyuk mencoba membangunkan Jae in, tetapi setelah di ketok-ketok tak ada jawaban, Do hyukpun membuka pintu ruangan dimana Jae In tidur. Awalnya ia menikmati pesona Jae In yang terlihat begitu damai dan cantik dalam tidurnya, tapi tidak berlangsung lama. Do Hyuk melongo melihat tiba-tiba Jae In mendengkur dan membalikkan badan dengan keras.
 
Meninggalkan Jae In yang masih menikmati tidurnya, Do Hyuk langsung cuci muka dan membaca koran pagi itu, ia terkejut ketika melihat berita tentang koran Yong Deok dan para wartawannya yang disebut-sebut wartawan murahan. Disana terpasang foto semua teman-teman termasuk dirinya dengan mata yang disamarkan mirip penjahat.
 
"benar-benar sudah mau gila, dasar!" gerutu Do Hyuk membaca berita di koran Daese


Di kantor Yong Deok, Yong Deok duduk menatap koran dimejanya. Sang Chul berdiri disamping kanannya dan para teman Do Hyuk di seberang mejanya. Sang Chul "bagaimana bisa muncul berita ini?"
direktur, kami bukannya mau menutupi, kami rencananya akan segera memberitahumu
sejujurnya direktur, bukankah sudah tidak ada yang bisa dibicarakan? kalau kami dari awal tahu dari mana saja modal dan inventaris kantor ini, kami juga tak akan masuk
jadi sekarang maksudnya sudah tak mau bekerja lagi?
Mereka tahu sebenarnya mereka telah membuat koran yang "BAIK" yang sesuai dengan visi misi mereka diawal, tapi dengan berita tersebut sepertinya tak akan mudah.


Di perjalanan, sambil mengemudi Do Hyuk menelpon agar mereka menunggunya, ia merasa bertanggung jawab untuk menjelaskan semua persoalan baik kepada teman-teman maupun kepada direktur. Do Hyuk kesal ketika Jae In terus membaca berita mengenai Yong Deok, ia mengambil dan membuangnya ke kursi belakang.
"sampai titik ini aku benar2 tidak mengerti, saat kau bersama preman itu harusnya aku bisa menebaknya .... koran untuk keadilan? kalau kamu yang jadi korban (mantan anak buah Yong Deok yang diperas) kau pasti akan mengerti apa artinya rasa takut" Do Hyuk tidak menjawab, ia hanya menghela nafas panjang. "Apa kau masih punya muka untuk mengahadapi ayahmu?" tanya Jae In lagi pedas
"jangan bicara lagi" Do Hyuk benar-benar kalut, ia memacu mobilnya dengan kencang

Do Hyuk terlambat, kantor Yongdeok sudah berantakan.
"kenapa? saat kantor dalam keadaan seperti ini kalian mau pergi?" tanya Do Hyuk pada teman-temannya yang terlihat ingin segera hengkang
Teman-temannya lalu mempertanyakan tujuan koran Yongdeok, menurut mereka tidak layak menyebut membantu orang lemah padahal mereka sendiri telah menindas yang lemah.
Do Hyuk membela Yongdeok, ia mengatakan kalau Direktur sudah merencanakan untuk segera mengganti barang/aset yang dia "pinjam" bahkan memperbolehkan pasang iklan dikoran mereka dengan gratis.
Do Hyuk yang heran bagaimana Hae Sung bisa tahu informasi mengenai koran Yongdeok segera pergi ke kantor Daese untuk menemuinya.


Jae In mampir ke kantornya untuk meminta anak buahnya menyelidiki tentang kemungkinan madam Park mempunyai anak. Melihat HPnya, Jae In lalu memutuskan menemui Hae Sung langsung (mungkin mau minta maaf soal menonton konser)


Sesampainya di gedung Daese, Jae In tersenyum melihat Hae Sung baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu utama. tapi kemudian tiba-tiba senyumnya menghilang melihat seorang wanita cantik (Ho Gyeong) yang turun dari mobil mewah merajuk pada Hae Sung "Oppa, katamu kau akan menelponku?"
Hae Sung tersenyum "ayo kita pergi" katanya sambil menggenggam tangan Ho Gyeong dan membimbingnya masuk kembali kemobil.


Jae In tercekat dan segera bersembunyi dibelakang kolom. Ia terlalu memperhatikan Hae Sung sampai tidak menyadari kehadiran Do Hyuk disisi lain bangunan.


Do Hyuk yang juga tidak tahu ada Jae In hanya tersenyum *aku tahu dia orang seperti apa* melihat semua kejadian dan ekor matanya melihat ke arah mobil itu pergi. Begitu ia kembali menatap kedepan, bertepatan dengan Jae In yang keluar dari tempat persembunyiannya dan mata mereka bertemu, sama-sama terkejut selama beberapa saat mereka terdiam hanya saling pandang.
Do Hyuk disebelah kiri, Jae In sebelah kanan.







credit gambar sebagian dari dramabeans



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...